Kucing Bengal adalah nama Kucing Ras bukan kucing yang bengal atau nakal. Kucing Bengal disebut demikian karena nama dari dari indukannya yaitu Asian Leopard Cat yang sering disebut Bengal Tiger. Bengal kalau diindonesiakan biasa disebut Benggala.
Ras Kucing Bengal merupakan persilangan antara Asian Leopard Cat (Bengal Tiger) dengan American Shorthair. Perkawinan silang ini
bertujuan mendapatkan pola tutul kucing liar pada kucing rumahan.
Selanjutnya anak betina keturunannya disilangkan kembali dengan bapaknya
sehingga dihasilkan anak kucing dengan pola tutul macan yang kemudian
dikenal dengan ras Kucing Bengal. Ras ini merupakan keturunan dari kucing liar dan
masih jarang ditemui, karena termasuk ras baru dalam dunia perkucingan. Pola kulit kucing bengal ini sangat indah dan mirip dengan pola macan.
Pada tahun 1983 ras Kucing Bengal didaftarkan di klub TICA, kemudian klub FiFe baru belakangan ini
mengakuinya sebagai kucing ras. Kucing Bengal baru diperkenalkan di Perancis pada tahun 1991.
Dengan bentuk badan yang besar dan gagah, bengal mendapatkan sebagian
ciri fisik leluhurnya yang merupakan kucing liar. Kucing betina dewasa
mempunyai berat badan sekitar 4-5 Kg, sedangkan kucing jantan bisa
mencapai verat 10 Kg.
Bentuk kepala kucing bengal besar dan agak panjang, tetapi lebih
kecil dibandingkan porsi tubuhnya. Lehernya besar, panjang dan berotot,
seimbang dengan ukuran kepala. Hidung besar dan lebar, sedangkan kulit
hidung berwarna merah dengan garis luar hitam. Telinga sedang dan
menghadap kedepan. Mata lebar dan bulat seperti buah almond, berwarna
hijau atau amber.
Pola warna bengal sangat khas yaitu tabby spotted yang berwarna
kehitam-hitaman, coklat atau cinnamon, dan garis horizontal hitam
dibagian pundak, serta lingkaran berbentuk cincin pada ekor dengan ujung
berwarna gelap. Warna dasar orange lebih disukai. Dikenal juga pola
classic tabby yang terlihat seperti pola oyster di bagian paha dan pola
kupu-kupu di bagian bahu.
Salah satu ciri khas kucing Bengal adalah suka akan air, mereka suka jika tubuhnya basah oleh air. Mereka suka sekali mandi
dan berendam dalam bathtub bersama pemiliknya. sebagai turunan kucing liar,harus diwaspadai sifat alaminya muncul. beberapa kucing Bengal rumahan menunjukkan kelainan
sifat dan tingkah laku. Kucing-kucing tersebut memperlihatkan insting
berburu yang cukup kuat dan melukai anak-anak. Di Australia, ras ini
sempat dilarang dipelihara karena dianggap agak berbahaya. Insting
berburu yang berlebihan ini diduga muncul akibat perawatan yang keliru sehingga menjadi liar.
Sabtu, 28 September 2013
Rabu, 25 September 2013
TRUCUK/TRUCUKAN/MERBAH CERUKCUK MUDAH DIPELIHARA SUARA TEBAL dan MANTAP
Burung Trucuk, alias Merbah Cerucuk atau Trucukan sekilas memang mirip dengan kutilang. Burung Trucuk ini punya suara berat dan tebal, dan kualitas suaranya sekilas mirip dengan kepodang. Meski harganya relatif murah di pasaran, namun jangan salah suaranya cukup menjanjikan dan merdu. Burung trucukan punya nama ilmiah Pycnonotus goiavier termasuk dlam golongan Merbah atau cucak-cucakan dan termasuk ke dalam familia Pycnonotidae. Burung ini merupakan burung kicau yang umum di kawasan Asia tropis dan Afrika, punya suara yang merdu dan variasi lagu beragam, dalam bahasa Inggris disebut Yellow-vented Bulbul.
Burung trucukan ini ternasuk burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung
paruh hingga ujung ekor) sekitar 20 cm, dan sisi atas tubuh ( punggung,
ekor ) berwarna coklat kelabu gelap, sisi bawah ( tenggorokan, dada dan
perut ) putih kusam. Mahkota kehitaman, alis dan sekitar mata putih,
dengan kekang ( garis di depan mata ) hitam. Sisi lambung dengan
coretan-coretan coklat, dan penutup pantat berwarna kuning, iris mata
berwarna coklat, paruh hitam dan kaki abu-abu merah jambu.
Makanan burung trucukan terutama adalah buah-buahan yang lunak, di pekarangan, burung ini kerap melubangi buah pepaya dan pisang yang telah masak, selain itu ia juga memangsa aneka serangga, ulat dan hewan kecil lainnya seperti cacing dan merbah cerukcuk sering menghabiskan waktu lebih lama untuk mencari makanan di atas tanah daripada jenis merbah lainnya.
Ciri Trucukan Jantan
Banyak yang bilang burung trucuk jantan di dalam rongga mulutnya terlihat berwarna Kuning
Dalam kondisi ngerol maka jambul akan terlihat
Bulu sekitar telingan terlihat mengembang
Ada beberapa helai rambut panjang di kepala belakang
Jumat, 20 September 2013
CARA PENGGEMUKAN SAPI POTONG
Krisis daging sapi seakan sudah menjadi agenda tahunan di negeri kita ini, terutama menjelang bulan puasa dan lebaran. Memang kebutuhan akan daging sapi tidak seimbang dengan stok sehingga kita harus impor sapi dan daging sapi terutama dari Australia. Meskipun sudah ada program subsidi sapi kepada para peternak sapi di desa-desa namun nampaknya tidak ada hasilnya. Untuk itu perlu upaya serius dalam mengembangkan populasi sapi demi memenuhi stok dalam negeri saja dulu tidak usah mau ekspor hehe...
Jenis Sapi Potong
Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi lokal asli Indonesia dan sapi Impor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari sifat genetiknya (laju pertumbuhan).
Sapi loksl yang banyak diusahakan sebagai sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole), sapi Aceh dan sapi Madura. Secara alamiah pertambahan berat badan sapi antara 500 gram – 1000 gram/ hari. Untuk sapi lokal seperti sapi bali, sapi madura, sapi PO, sapi Pesisir, dan sapi Aceh, pertambahan berat badan harian berkisar antara 300 – 700 gr/ hari. Sedangkan sapi unggul impor seperti Simmental, limousine, Angus dan charolise pertambahan berat badan hariannya mencapai 1,3 Kg / hari.
Pakan Untuk Penggemukan Sapi
Untuk mempercepat pertambahan berat badan sapi penggemukan salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan pemberian konsentrat yang tepat. Konsetrat yang paling umum digunakan peternak saat ini adalah Dedak (bekatul) + Bungkil kelapa + Mineral + Tepung tulang + garam.
Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot fattening) dan kombinasi cara pertama dan kedua.
Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput.
Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.
MEMPERSIAPKAN KANDANG SAPI
Perawatan Kandang Sapi
Jenis Sapi Potong
Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi lokal asli Indonesia dan sapi Impor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari sifat genetiknya (laju pertumbuhan).
Sapi loksl yang banyak diusahakan sebagai sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole), sapi Aceh dan sapi Madura. Secara alamiah pertambahan berat badan sapi antara 500 gram – 1000 gram/ hari. Untuk sapi lokal seperti sapi bali, sapi madura, sapi PO, sapi Pesisir, dan sapi Aceh, pertambahan berat badan harian berkisar antara 300 – 700 gr/ hari. Sedangkan sapi unggul impor seperti Simmental, limousine, Angus dan charolise pertambahan berat badan hariannya mencapai 1,3 Kg / hari.
Pakan Untuk Penggemukan Sapi
Untuk mempercepat pertambahan berat badan sapi penggemukan salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan pemberian konsentrat yang tepat. Konsetrat yang paling umum digunakan peternak saat ini adalah Dedak (bekatul) + Bungkil kelapa + Mineral + Tepung tulang + garam.
Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot fattening) dan kombinasi cara pertama dan kedua.
Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput.
Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.
Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu hijauan segar,
hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan,
kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang
baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass),
daun turi, daun lamtoro.
Hijauan kering berasal dari hijauan
segar yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih
lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang
tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa digunakan pada musim kemarau.
Hijauan ini tergolong jenis pakan yang banyak mengandung serat kasar.
Hijauan segar dapat diawetkan menjadi
silase. Secara singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai
berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi
proses fermentasi. Hasil dari proses inilah yang disebut silase.
Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antara lain silase jagung,
silase rumput, silase jerami padi, dll.
MEMPERSIAPKAN KANDANG SAPI
Lokasi yang ideal untuk membangun
kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk
tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah
tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat
menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian.
Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau
ladang.
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda
atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang
tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu
jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan
pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang.
Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan
penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas
ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan
penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih
luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih
banyak.
Lantai kandang harus diusahakan tetap
bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari
tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai
tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan
yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan
desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan bahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor
sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi
betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor,
dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang
25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi
pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga
dataran tinggi (> 500 m).
Kandang untuk pemeliharaan sapi harus
bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa
persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan
perlengkapan kandang.
1) Konstruksi dan letak kandang
Konstruksi kandang sapi seperti rumah
kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring.
Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya
dan agak miring kearah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar
air yang tampak, termasuk kencing
sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering.
Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.
Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan tidak boleh kehabisan setiap saat.
Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang.
2) Ukuran Kandang
Sebelum membuat kandang sebaiknya
diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran
kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan
untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak
sapi cukup 1,5x1 m.
3) Perlengkapan Kandang
Termasuk dalam perlengkapan kandang
adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang,
tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar
pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran. Tempat air
minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih
tinggi dari pada permukaan lantai.
Dengan demikian kotoran dan air kencing
tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan
adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi.
Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi
terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan
sapi.
Perawatan Kandang Sapi
Kotoran sapi sebaiknya dibersihkan tiap hari dan ditimbun di tempat lain agar
mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk
kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup
rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar.
Air minum yang bersih harus tersedia
setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang
tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar
pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran.
Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen
dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula
peralatan untuk memandikan sapi.
Kamis, 19 September 2013
BUDIDAYA IKAN KERAPU DALAM KARAMBA JARING APUNG DI PANTAI
Ikan Kerapu merupakan jenis ikan laut yang banyak diminati konsumen karena tekstur dagingnya yang lembut dan gurih. Ikan Kerapu ini enak sekali dikonsumsi sebagai ikan bakar atau digoreng juga lezat. Bahasa internasional ikan kerapu adalah grouper, banyak restoran menghidangkan ikan kerapu sebagai menu utama mereka. Ikan Kerapu ini bisa mencapai berat ratusan kilogram, seperti pernah di tangkap nelayan di perairan australia yang punya berat 275 Kg. Ikan kerapu berdasarkan hasil penelitian di Indonesia terdapat 41 jenis. Nama ikan kerapu berbeda-beda disetiap daerah di Indonesi, ada disebut ikan sunu, lodi dan lain-lain. Jenis yang paling banyak dibudidayakan adalah jenis kerapu lumpur dan kerapu bebek.
Kerapu merupakan jenis ikan demersal yang suka hidup di perairan karang, di antara celah-celah karang atau di dalam gua di dasar perairan. Ikan Kerapu tergolong jenis karnivora yang kurang aktif, relatif mudah dibudidayakan, karena mempunyai daya adaptasi yang tinggi. Untuk memenuhi permintaan akan ikan kerapu yang terus meningkat, tidak dapat dipenuhi dari hasil penangkapan sehingga usaha budidaya merupakan salah satu peluang usaha yang masih sangat terbuka luas.
Dikenal 3 jenis ikan kerapu, yaitu kerapu tikus, kerapu macan, dan kerapu lumpur yang telah tersedia dan dikuasai teknologinya. Dari ketiga jenis ikan kerapu di atas, untuk pengembangan disarankan jenis ikan kerapu tikus atau keparu bebek (Cromileptes altivelis). Hal ini karena harga per kilogramnya jauh lebih mahal dibandingkan dengan kedua jenis kerapu lainnya. Di Indonesia, kerapu tikus ini dikenal juga sebagai kerapu bebek atau di dunia perdagangan internsional mendapat julukan sebagai panther fish karena di sekujur tubuhnya dihiasi bintik-bintik kecil bulat berwarna hitam.
Persebaran Ikan Kerapu
Daerah penyebaran kerapu di mulai dari Afrika Timur sampai Pasifik Barat Daya. Di Indonesia, ikan kerapu banyak ditemukan di perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, Seram dan Maluku. Salah satu indikator adanya ikan kerapu adalah perairan karang. Indonesia memiliki perairan karang yang cukup luas sehingga potensi sumberdaya ikan kerapunya sangat besar.
Dalam siklus hidupnya, pada umumnya kerapu muda hidup diperairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, selanjutnya menginjak dewasa beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7 – 40 m. Telur dan larvanya bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat demersal. Habitat favorit larva dan kerapu tikus muda adalah perairan pantai dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun.
Parameter-parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu :
a. Temperatur antara 24 – 310C,
b. Salinitas antara 30 -33 ppt,
c. kandungan oksigen terlarut > 3,5 ppm dan
d. pH antara 7,8 – 8.
Perairan dengan kondisi seperti ini, pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang.
Faktor Hidrologi Air Laut
Budidaya ikan kerapu tikus ini, dapat dilakukan dengan menggunakan bak semen atau pun dengan menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA). Budidaya ikan kerapu dalam Kermba Jaring Apung akan berhasil dengan baik ( tumbuh cepat dan kelangsungan hidup tinggi ) apabila pemilihan jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran benih yang ditebar dan kepadatan tebaran sesuai.
Pemilihan Benih
Kriteria benih kerapu yang baik, adalah : ukurannya seragam, bebas penyakit, gerakan berenang tenang serta tidak membuat gerakan yang tidak beraturan atau gelisah tetapi akan bergerak aktif bila ditangkap, respon terhadap pakan baik, warna sisik cerah, mata terang, sisik dan sirip lengkap serta tidak cacat tubuh.
1. Penebaran Benih
Proses penebaran benih sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup benih. Sebelum ditebarkan, perlu diadaptasikan terlebih dahulu pada kondisi lingkungan budidaya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam adaptasi ini, adalah :
(a) waktu penebaran (sebaikanya pagi atau sore hari, atau saat cuaca teduh),
(b) sifat kanibalisme yang cenderung meningkat pada kepadatan yang tinggi, dan
(c) aklimatisasi, terutama suhu dan salinitas.
2. Pendederan
Benih ikan kerapu ukuran panjang 4 – 5 cm dari hasil tangkapan maupun dari hasil pembenihan, didederkan terlebih dahulu dalam jaring nylon berukuran 1,5 x 3 x 3 meter dengan kepadatan ± 500 ekor. Sebulan kemudian, dilakuan grading (pemilahan ukuran) dan pergantian jaring. Ukuran jaringnya tetap, hanya kepadatannya menjadi hanya 250 ekor per jaring sampai mencapai ukuran glondongan (20 – 25 cm atau 100 gram). Setelah itu dipindahkan ke jaring besar ukuran 3 x3 x 3 meter dengan kepadatan optimum 500 ekor untuk kemudian dipindahkan ke dalam keramba pembesaran sampai mencapai ukuran konsumsi (500 gram).
3. Pakan dan Pemberiannya
Biaya pakan merupakan biaya operasional terbesar dalam budidaya ikan kerapu dalam KJA. Oleh karena itu, pemilihan jenis pakan harus benar-benar tepat dengan mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan dan harganya. Pemberian pakan diusahakan untuk ditebar seluas mungkin, sehingga setiap ikan memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan pakan. Pada tahap pendederan, pakan diberikan secara ad libitum (sampai kenyang). Sedangkan untuk pembesaran adalah 8 -10 % dari total berat badan per hari. Pemberian pakan sebaiknya pada pagi dan sore hari. Pakan alami dari ikan kerapu adalah ikan rucah (potongan ikan) dari jenis ikan tanjan, tembang, dan lemuru. Benih kerapu yang baru ditebar dapat diberi pakan pelet komersial. Untuk jumlah 1000 ekor ikan dapat diberikan 100 gram pelet per hari. Setelah ± 3-4 hari, pelet dapat dicampur dengan ikan rucah.
Hama dan Penyakit
Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu dalam KJA adalah ikan buntal, burung, dan penyu. Sedang, jenis penyakit infeksi yang sering menyerang ikan kerapu adalah :
(a) penyakit akibat serangan parasit, seperti : parasit crustacea dan flatworm,
(b) penyakit akibat protozoa, seperti : cryptocariniasis dan broollynelliasis,
(c) penyakit akibat jamur (fungi), seperti : saprolegniasis dan ichthyosporidosis,
(d) penyakit akibat serangan bakteri,
(e) penyakit akibat serangan virus, yaitu VNN (Viral Neorotic Nerveus).
Konstruksi Keramba Jaring Apung
a. Pembuatan Rakit Keramba
1. Rakit
Rakit dapat dibuat dari bahan kayu, bambu atau besi yang dilapisi anti karat. Ukuran bingkai rakit biasanya 6 x 6 m atau 8 x 8 m.
2. Pelampung
Untuk mengapungkan satu unit rakit, diperlukan pelampung yang berasal dari bahan drum bekas atau drum plastik bervolume 200 liter, styreofoam dan drum fiberglass. Kebutuhan pelampung untuk satu unit rakit ukuran 6 x 6 meter yang dibagi 4 bagian diperlukan 8 - 9 buah pelampung dan 12 buah pelampung untuk rakit berukuran 8 x 8 meter. Bahan pelampung yang akan digunakan adalah drum plastik volume 200 liter yaitu sebanyak 35 buah. Sebelum digunakan, kedalam drum plampung dimasukan sedikit karbit. Penggunaan karbit ini bertujuan untuk mengisi udara didalam pelampung, sehingga dengan demikian daya apungnya akan lebih bagus.
3. Pengikat
Bahan pengikat rakit bambu dapat digunakan kawat berdiameter 4-5 mm atau tali plastik polyetheline. Rakit yang terbuat dari kayu dan besi, pengikatannya menggunakan baut. Untuk mengikat pelampung ke bingkai rakit digunakan tali PE berdiameter 4-6 mm.
4. Jangkar
Untuk menahan rakit agar tidak terbawa arus air, digunakan jangkar yang terbuat dari besi atau semen blok. Berat dan bentuk jangkar disesuaikan dengan kondisi perairan setempat. Kebutuhan jangkar per unit keramba minimal 4 buah dengan berat 25 - 50 kg yang peletakannya dibuat sedemikian rupa sehingga rakit tetap pada posisinya. Tali jangkar yang digunakan adalah tali plastic / Polyetylene berdiameter 0,5 – 1,0 inchi dengan panjang minimal 2 kali kedalaman perairan.
b. Pembuatan Jaring
1. Jaring
Kantong jaring yang dipergunakan dalam usaha budidaya ikan kerapu, sebaiknya terdiri dari dua bagian, yaitu :
(a) Kantong jaring luar yang berfungsi sebagai pelindung ikan dari serangan ikan-ikan buas dan hewan air lainnya. Ukuran kantong dan lebar mata jaring untuk kantong jaring luar lebih besar dari kantong jaring dalam;
(b) Kantong jaring dalam, yang dipergunakan sebagai tempat memelihara ikan. Ukurannya
bervariasi dengan pertimbangan banyaknya ikan yang dipelihara dan kemudahan dalam penanganan dan perawatannya.
Ada 3 (tiga) tingkat ukuran mata waring/jaring, yaitu (a) Waring bagan dengan ukuran mata (mesh size) sekitar 0,5 cm, (b) Jaring polyethylene ukuran mata (mesh size) 1,0 inchi, dan (c) Jaring polyethylene ukuran mata (mesh size) 1,5 inchi. Setiap unit KJA mempunyai 6 buah waring bagan (3 buah dipakai dan 3 buah untuk waring pengganti), 6 buah jaring polyethylene mesh size 1,0 inchi (3 buah dipakai dan 3 buah untuk jaring pengganti), dan 6 buah jaring polyethylene mesh size 1,5 inchi (3 buah dipakai dan 3 buah untuk jaring pengganti).
2. Pemberat
Pemberat berfungsi untuk menahan arus dan menjaga jaring agar tetap simetris. Pemberat yang terbuat dari batu, timah atau beton dengan berat 2 – 5 kg per buah, dipasang pada tiap-tiap sudut keramba/ jaring.
Panen dan Pasca Panen
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas ikan kerapu yang dibudidayakan dengan KJA, antara lain : penentuan waktu panen, peralatan panen, teknik pemanenan, serta penanganan pasca panen. Waktu panen, biasanya ditentukan oleh ukuran permintaan pasar. Ukuran super biasanya berukuran 500 – 1000 gram dan merupakan ukuran yang mempunyai nilai jual tinggi. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari sehingga dapat mengurangi stress ikan pada saat panen karena ketika waktu itu cuaca tidak terlalu panas. Peralatan yang digunakan pada saat panen, berupa: scoop, kerancang, timbangan, alat tulis, perahu, bak pengangkut dan alat aerasi.
Teknik pemanenan yang dilakukan pada usaha budidaya ikan kerapu dalam KJA dengan metoda panen selektif dan panen total. Panen selektif adalah pemanenan terhadap ikan yang sudah mencapai ukuran tertentu sesuai keinginan pasar terutama pada saat harga tinggi. Sedang panen total adalah pemanenan secara keseluruhan yang biasanya dilakukan bila permintaan pasar sangat besar atau ukuran ikan seluruhnya sudah memenuhi kriteria jual.
Penanganan pasca panen yang utama adalah masalah pengangkutan sampai di tempat tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar kesegaran ikan tetap dalam kondisi baik. Ini dilakukan dengan dua cara yaitu pengangkutan terbuka dan pengangkutan tertutup. Pengangkutan terbuka digunakan untuk jarak angkut dekat atau dengan jalan darat yang waktu angkutnya maksimal hanya 7 jam. Wadah angkutnya berupa drum plastik atau fiberglass yang sudah diisi air laut sebanyak 1/2 sampai dengan 2/3 bagian wadah sesuai jumlah ikan. Suhu laut diusahakan tetap konstan selama perjalanan yaitu 19 – 21 0C. Selama pengangkutan air perlu diberi aerasi dengan kepadatan ikan kurang lebih 50 kg/wadah. Cara pengangkutan yang umum digunakan adalah dengan pengangkutan tertutup dan umumnya untuk pengangkutan dengan pesawat udara. Untuk itu, 1 kemasan untuk 1 ekor ikan dengan berat rata-rata 500 gam.
Kerapu merupakan jenis ikan demersal yang suka hidup di perairan karang, di antara celah-celah karang atau di dalam gua di dasar perairan. Ikan Kerapu tergolong jenis karnivora yang kurang aktif, relatif mudah dibudidayakan, karena mempunyai daya adaptasi yang tinggi. Untuk memenuhi permintaan akan ikan kerapu yang terus meningkat, tidak dapat dipenuhi dari hasil penangkapan sehingga usaha budidaya merupakan salah satu peluang usaha yang masih sangat terbuka luas.
Dikenal 3 jenis ikan kerapu, yaitu kerapu tikus, kerapu macan, dan kerapu lumpur yang telah tersedia dan dikuasai teknologinya. Dari ketiga jenis ikan kerapu di atas, untuk pengembangan disarankan jenis ikan kerapu tikus atau keparu bebek (Cromileptes altivelis). Hal ini karena harga per kilogramnya jauh lebih mahal dibandingkan dengan kedua jenis kerapu lainnya. Di Indonesia, kerapu tikus ini dikenal juga sebagai kerapu bebek atau di dunia perdagangan internsional mendapat julukan sebagai panther fish karena di sekujur tubuhnya dihiasi bintik-bintik kecil bulat berwarna hitam.
Persebaran Ikan Kerapu
Daerah penyebaran kerapu di mulai dari Afrika Timur sampai Pasifik Barat Daya. Di Indonesia, ikan kerapu banyak ditemukan di perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, Seram dan Maluku. Salah satu indikator adanya ikan kerapu adalah perairan karang. Indonesia memiliki perairan karang yang cukup luas sehingga potensi sumberdaya ikan kerapunya sangat besar.
Dalam siklus hidupnya, pada umumnya kerapu muda hidup diperairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, selanjutnya menginjak dewasa beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7 – 40 m. Telur dan larvanya bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat demersal. Habitat favorit larva dan kerapu tikus muda adalah perairan pantai dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun.
Parameter-parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu :
a. Temperatur antara 24 – 310C,
b. Salinitas antara 30 -33 ppt,
c. kandungan oksigen terlarut > 3,5 ppm dan
d. pH antara 7,8 – 8.
Perairan dengan kondisi seperti ini, pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang.
Faktor Hidrologi Air Laut
a). Faktor Fisika, yang meliputi :
- Suhu atau temperatur perairan, yaitu 27 ~ 32 oC, dengan fluktuasi harian kecil dari 5 oC.
- Kedalaman perairan, minimal 5 meter ( 3m tinggi jaring keramba, 2 m jarak antara dasar jaring dengan dasar perairan ).
- Kecerahan, perairan harus jernih yaitu minimal kecerahannya 5 meter.
- Kecepatan arus, yaitu idealnya 15 ~ 30 cm / det.
- Dasar perairan. khusus untuk ikan kerapu macan, dasar perairan haruslah berkarang atau berpasir.
b). Faktor Kimia, yang meliputi :
- Salinitas (kadar garam), yaitu 30 ~ 33 o/oo. Lokasi yang dekat dengan muara sungai tidak dianjurkan untuk lokasi pemeliharaan ikan ker apu macan, karena pada daerah seperti itu fluktuasi salinitasnya sangat besar sekali sehingga dapat mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan ikan kerapu.
- Derajat keasaman (pH), Kondisi perairan dengan pH netral sampai sedikit basa sangat ideal untuk kehidupan ikan kerapu macan. Suatu perairan yang ber-pH rendah dapat mengakibatkan aktivitas pertumbuhan menurun atau ikan menjadi lemah s er ta lebih mudah terserang penyakit sehingga mengakibatkan tingginya angka kematian (mortalitas). PH perairan yang baik untuk ikan kerapu macan adalah 8,0 ~ 8,2.
- Oksigen terlarut, Ketersediaan oksigen terlar ut dalam perairan sangat dibutuhkan oleh ikan kerapu yang dipelihara untuk hidup. Rendahnya konsentrasi oksigen dalam perairan akan meyebabkan kurangnya nafus makan dan rendahnya pertumbuhan ikan kera pu yang kita pelihara dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Kandungan oksigen teralarut yang ideal untuk pemeliharaan ikan kerapu adalah diatas 5 ppm.
- Biological Ocxygen Demand (BOD), yang mana parameter ini menunjukan aktivitas biologi yang ada dalam suatu perairan. Batas ideal BOD untuk pemeliharaan ikan kerapu macan adalah tidak melebih 5 ppm selama 5 hari.
- Amoniak (NH3), Kandungan amoniak tinggi biasanya terdapat pada perairan yang tercemar dengan bahan-bahan organik. Untuk pemeliharaan ikan kerapu, kandungan amoniak di perairan tempat pemeliharaan tidak boleh lebih dari 1,0 ppm.
c). Faktor Biologi, yang meliputi :
- Predator, dalam menentukan lokasi juga h arus diperhatikan keberadaan hewan-hewan predator, sebab hal ini juga akan mengganggu tingkat keberhasilan dalam melakukan usaha pemeliharaan ikan kerapu. Adapun hewan-hewan predator yang harus menjadi perhatian disini diantaranya adalah hewan-hewan laut buas, seperti anjing laut, ikan-ikan besar, ikan buntal, dan juga hewan-hewan darat seperti burung.
- Total koloni bakteri, parameter ini biasanya terjadi pada perairan yang tercemar bahan organik. Total koloni bakteri untuk budidaya ikan kerapu tidak boleh melebihi 3.000 sel / m3.
Budidaya ikan kerapu tikus ini, dapat dilakukan dengan menggunakan bak semen atau pun dengan menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA). Budidaya ikan kerapu dalam Kermba Jaring Apung akan berhasil dengan baik ( tumbuh cepat dan kelangsungan hidup tinggi ) apabila pemilihan jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran benih yang ditebar dan kepadatan tebaran sesuai.
Pemilihan Benih
Kriteria benih kerapu yang baik, adalah : ukurannya seragam, bebas penyakit, gerakan berenang tenang serta tidak membuat gerakan yang tidak beraturan atau gelisah tetapi akan bergerak aktif bila ditangkap, respon terhadap pakan baik, warna sisik cerah, mata terang, sisik dan sirip lengkap serta tidak cacat tubuh.
1. Penebaran Benih
Proses penebaran benih sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup benih. Sebelum ditebarkan, perlu diadaptasikan terlebih dahulu pada kondisi lingkungan budidaya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam adaptasi ini, adalah :
(a) waktu penebaran (sebaikanya pagi atau sore hari, atau saat cuaca teduh),
(b) sifat kanibalisme yang cenderung meningkat pada kepadatan yang tinggi, dan
(c) aklimatisasi, terutama suhu dan salinitas.
2. Pendederan
Benih ikan kerapu ukuran panjang 4 – 5 cm dari hasil tangkapan maupun dari hasil pembenihan, didederkan terlebih dahulu dalam jaring nylon berukuran 1,5 x 3 x 3 meter dengan kepadatan ± 500 ekor. Sebulan kemudian, dilakuan grading (pemilahan ukuran) dan pergantian jaring. Ukuran jaringnya tetap, hanya kepadatannya menjadi hanya 250 ekor per jaring sampai mencapai ukuran glondongan (20 – 25 cm atau 100 gram). Setelah itu dipindahkan ke jaring besar ukuran 3 x3 x 3 meter dengan kepadatan optimum 500 ekor untuk kemudian dipindahkan ke dalam keramba pembesaran sampai mencapai ukuran konsumsi (500 gram).
3. Pakan dan Pemberiannya
Biaya pakan merupakan biaya operasional terbesar dalam budidaya ikan kerapu dalam KJA. Oleh karena itu, pemilihan jenis pakan harus benar-benar tepat dengan mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan dan harganya. Pemberian pakan diusahakan untuk ditebar seluas mungkin, sehingga setiap ikan memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan pakan. Pada tahap pendederan, pakan diberikan secara ad libitum (sampai kenyang). Sedangkan untuk pembesaran adalah 8 -10 % dari total berat badan per hari. Pemberian pakan sebaiknya pada pagi dan sore hari. Pakan alami dari ikan kerapu adalah ikan rucah (potongan ikan) dari jenis ikan tanjan, tembang, dan lemuru. Benih kerapu yang baru ditebar dapat diberi pakan pelet komersial. Untuk jumlah 1000 ekor ikan dapat diberikan 100 gram pelet per hari. Setelah ± 3-4 hari, pelet dapat dicampur dengan ikan rucah.
Hama dan Penyakit
Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu dalam KJA adalah ikan buntal, burung, dan penyu. Sedang, jenis penyakit infeksi yang sering menyerang ikan kerapu adalah :
(a) penyakit akibat serangan parasit, seperti : parasit crustacea dan flatworm,
(b) penyakit akibat protozoa, seperti : cryptocariniasis dan broollynelliasis,
(c) penyakit akibat jamur (fungi), seperti : saprolegniasis dan ichthyosporidosis,
(d) penyakit akibat serangan bakteri,
(e) penyakit akibat serangan virus, yaitu VNN (Viral Neorotic Nerveus).
Konstruksi Keramba Jaring Apung
a. Pembuatan Rakit Keramba
1. Rakit
Rakit dapat dibuat dari bahan kayu, bambu atau besi yang dilapisi anti karat. Ukuran bingkai rakit biasanya 6 x 6 m atau 8 x 8 m.
2. Pelampung
Untuk mengapungkan satu unit rakit, diperlukan pelampung yang berasal dari bahan drum bekas atau drum plastik bervolume 200 liter, styreofoam dan drum fiberglass. Kebutuhan pelampung untuk satu unit rakit ukuran 6 x 6 meter yang dibagi 4 bagian diperlukan 8 - 9 buah pelampung dan 12 buah pelampung untuk rakit berukuran 8 x 8 meter. Bahan pelampung yang akan digunakan adalah drum plastik volume 200 liter yaitu sebanyak 35 buah. Sebelum digunakan, kedalam drum plampung dimasukan sedikit karbit. Penggunaan karbit ini bertujuan untuk mengisi udara didalam pelampung, sehingga dengan demikian daya apungnya akan lebih bagus.
3. Pengikat
Bahan pengikat rakit bambu dapat digunakan kawat berdiameter 4-5 mm atau tali plastik polyetheline. Rakit yang terbuat dari kayu dan besi, pengikatannya menggunakan baut. Untuk mengikat pelampung ke bingkai rakit digunakan tali PE berdiameter 4-6 mm.
4. Jangkar
Untuk menahan rakit agar tidak terbawa arus air, digunakan jangkar yang terbuat dari besi atau semen blok. Berat dan bentuk jangkar disesuaikan dengan kondisi perairan setempat. Kebutuhan jangkar per unit keramba minimal 4 buah dengan berat 25 - 50 kg yang peletakannya dibuat sedemikian rupa sehingga rakit tetap pada posisinya. Tali jangkar yang digunakan adalah tali plastic / Polyetylene berdiameter 0,5 – 1,0 inchi dengan panjang minimal 2 kali kedalaman perairan.
b. Pembuatan Jaring
1. Jaring
Kantong jaring yang dipergunakan dalam usaha budidaya ikan kerapu, sebaiknya terdiri dari dua bagian, yaitu :
(a) Kantong jaring luar yang berfungsi sebagai pelindung ikan dari serangan ikan-ikan buas dan hewan air lainnya. Ukuran kantong dan lebar mata jaring untuk kantong jaring luar lebih besar dari kantong jaring dalam;
(b) Kantong jaring dalam, yang dipergunakan sebagai tempat memelihara ikan. Ukurannya
bervariasi dengan pertimbangan banyaknya ikan yang dipelihara dan kemudahan dalam penanganan dan perawatannya.
Ada 3 (tiga) tingkat ukuran mata waring/jaring, yaitu (a) Waring bagan dengan ukuran mata (mesh size) sekitar 0,5 cm, (b) Jaring polyethylene ukuran mata (mesh size) 1,0 inchi, dan (c) Jaring polyethylene ukuran mata (mesh size) 1,5 inchi. Setiap unit KJA mempunyai 6 buah waring bagan (3 buah dipakai dan 3 buah untuk waring pengganti), 6 buah jaring polyethylene mesh size 1,0 inchi (3 buah dipakai dan 3 buah untuk jaring pengganti), dan 6 buah jaring polyethylene mesh size 1,5 inchi (3 buah dipakai dan 3 buah untuk jaring pengganti).
2. Pemberat
Pemberat berfungsi untuk menahan arus dan menjaga jaring agar tetap simetris. Pemberat yang terbuat dari batu, timah atau beton dengan berat 2 – 5 kg per buah, dipasang pada tiap-tiap sudut keramba/ jaring.
Panen dan Pasca Panen
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas ikan kerapu yang dibudidayakan dengan KJA, antara lain : penentuan waktu panen, peralatan panen, teknik pemanenan, serta penanganan pasca panen. Waktu panen, biasanya ditentukan oleh ukuran permintaan pasar. Ukuran super biasanya berukuran 500 – 1000 gram dan merupakan ukuran yang mempunyai nilai jual tinggi. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari sehingga dapat mengurangi stress ikan pada saat panen karena ketika waktu itu cuaca tidak terlalu panas. Peralatan yang digunakan pada saat panen, berupa: scoop, kerancang, timbangan, alat tulis, perahu, bak pengangkut dan alat aerasi.
Teknik pemanenan yang dilakukan pada usaha budidaya ikan kerapu dalam KJA dengan metoda panen selektif dan panen total. Panen selektif adalah pemanenan terhadap ikan yang sudah mencapai ukuran tertentu sesuai keinginan pasar terutama pada saat harga tinggi. Sedang panen total adalah pemanenan secara keseluruhan yang biasanya dilakukan bila permintaan pasar sangat besar atau ukuran ikan seluruhnya sudah memenuhi kriteria jual.
Penanganan pasca panen yang utama adalah masalah pengangkutan sampai di tempat tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar kesegaran ikan tetap dalam kondisi baik. Ini dilakukan dengan dua cara yaitu pengangkutan terbuka dan pengangkutan tertutup. Pengangkutan terbuka digunakan untuk jarak angkut dekat atau dengan jalan darat yang waktu angkutnya maksimal hanya 7 jam. Wadah angkutnya berupa drum plastik atau fiberglass yang sudah diisi air laut sebanyak 1/2 sampai dengan 2/3 bagian wadah sesuai jumlah ikan. Suhu laut diusahakan tetap konstan selama perjalanan yaitu 19 – 21 0C. Selama pengangkutan air perlu diberi aerasi dengan kepadatan ikan kurang lebih 50 kg/wadah. Cara pengangkutan yang umum digunakan adalah dengan pengangkutan tertutup dan umumnya untuk pengangkutan dengan pesawat udara. Untuk itu, 1 kemasan untuk 1 ekor ikan dengan berat rata-rata 500 gam.
Rabu, 18 September 2013
TEKNIK BUDIDAYA / BETERNAK IKAN NILA PADA KOLAM TANAH
Ikan Nila merupakan ikan air tawar sumber protein hewani yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat kita. Banyak cerita sukses dan keberhasilan dari petani ikan Nila. Memelihara ikan Nila untuk produksi ikan punya keunggulan tersendiri. Ikan Nila relatif tahan penyakit dan masa produksinya juga cukup cepat. Ikan nila merupakan ikan yang bersifat
omnivora (pemakan segala), tetapi cenderung sebagai herbivora, karena
ikan nila lebih suka memakan fitoplankton dan berbagai jenis tumbuhan
air, oleh karena itu ikan nila seringkali dimanfaatkan untuk
mengendalikan gulma air. Salah satu keunggulan adalah mudahnya memasarkan ikan nila kita karena sangat diminati konsumen. Berikut ini kita akan bahas cara budidaya Nila pada kolam tanah.
a. Desain Kolam Tanah untuk Nila
Kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan nila adalah kolam tanah
dengan jenis tanah bertekstur liat atau liat berpasir. Kedalaman kolam
sebaiknya berkisar antara 0,5-1 m. Kedalaman ini berperan dalam menentukan tingkat
kesuburan kolam dimana kedalaman kolam berpengaruh pada masuknya sinar matahari yang
berperan pada proses fotosintesis tumbuhan dalam air, sehingga menyebabkan tersedianya makanan
alami bagi ikan di dalam kolam. Pada kolam sebaiknya memiliki saluran pemasukan
(inlet) dan pengeluaran air (outlet) agar mudah mengatur sirkulasi air di kolam.
Setelah kolam digali maka perlu perlakuan khusus sebelum diisi dengan air.
- Kolam dikeringkan dan dijemur selama 4-7 hari atau sampai tanah dasar kolam retak-retak. Hal ini berguna untuk membasmi hama dan bibit-bibit penyakit.
- Pemberian kapur ( dolomit ) pada kolam dengan dosis 10-25 gr/m2. Tujuannya adalah untuk membasmi bibit-bibit penyakit yang masih terdapat di dasar kolam dan meningkatkan pH air.
- Pemupukan kolam. Pupuk yang digunakan berupa pupuk kandang maupun pupuk buatan. Hal ini perlu karena sifat ikan nila yang menyukai pakan plankton. Pupuk kandang paling baik diberikan pada awal persiapan kolam dengan dosis 250 gr/m3. Setelah kolam diisi air selanjutnya diberikan pupuk anorganik berupa urea dan TSP dengan dosis masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2.
- Pengisian air kolam. Sumber air dapat berasal dari sungai, danau, mata air atau air sumur. Untuk pengisian pertama, kolam diisi air hingga ketinggian 5-10 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari. Hal ini berguna untuk tumbuhnya makanan alami di kolam. Selanjutnya di kolam diisi penuh dan dilanjutkan dengan pemupukan menggunakan pupuk buatan.
Siapkan ember untuk perendaman benih ikan sebelum di tebar
Isi air ke dalam ember secukupnya ( usahakn air dari kolam )
Rendamlah benih ikan Nila merah selama 15 menit untuk adaptasi dengan air kolam yang baru
Untuk padat penebaran yang dianjurkan berkisar 15-20 ekor/m2. Tergantung dengan ukuran benih. Sebelum ditebar benih disucihamakan terlebih dahulu dengan direndam pada larutan Kalium Permanat (PK) atau malachite green atau garam dapur selama 1-2 hari. Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari. Saat penebaran, dilakukan aklimatisasi yaitu dengan cara memasukkan kantong benih ke dalam kolam sehingga air kolam masuk ke wadah benih sedikit demi sedikit, lalu secara perlahan-lahan benih dikeluarkan.
c. Pemberian Pakan.
Jenis pakan yang baik berupa pelet yang mengandung 25% protein. Selain itu
juga dapat diberikan pakan tambahan berupa dedak halus, ampas tahu atau bahan
makanan lain yang mudah diperoleh. Pemberian pakan per hari harus, yaitu
sebanyak 3-5% dari berat tubuh ikan.
Umumnya pemberian pakan dilakukan dengan ukuran seperti berikut ini:1. Protein 20-30%;
2. Lemak 70% (maksimal.);
3. Karbohidrat 63 - 73%.
4. Pakan dari daun tanaman : Kaliandra, Kalikina atau kecubung, Kipat, Kihujan
d. Pemanenan
Pemanenan dapat dilakukan pada 3-6 bulan pemeliharaan. Hal ini tergantung
pada : Kesuburan kolam, Ukuran ikan yang diharapkan, Teknik pemeliharaan.
Biasanya untuk ukuran 500-600 gr/ekor pemanenan dapat dilakukan selama kurang
lebih 6 bulan pemeliharaan. Pemanenan di kolam dapat dilakukan dengan
pengeringan air hingga tersisa di kemalir (parit kolam) yang untuk selanjutnya dapat
ditangkap dengan diseser.
Senin, 16 September 2013
KICAUAN MURAI BATU LOKAL LEBIH UNGGUL DIBANDING MURAI BATU IMPOR
Burung Murai Batu (Copsychus malabaricus ) memang lagi banyak diburu penggemar burung kicauan. Jantan dibedakan dengan betina dari kicauan yang lebih aktif dan ekor lebih panjang. Di pasaran ada banyak jenis murai batu yang dijual pedagang burung dari yang lokal sampai yang import. Untuk jenis burung murai batu lokal yang asli Indonesia ada 8 jenis Murai Batu yang berbeda. Delapan jenis Murai Batu tersebut adalah:
Murai Batu lokal mempunyai kemampuan kicauan suara yang sangat
baik, oleh karenanya jenis Murai Batu lokal sangat baik dilombakan karena kemungkinan menang burung Murai Batu lokal
sangat tinggi ketimbang Murai Batu Impor. Jenis yang dianggap terbaik untuk segi suara adalah Murai Batu Medan dan Murai Batu Medan lebih sering menjadi juara lomba burung kicauan dibanding burung murai batu impor.
Jika anda hanya berniat memajang sebagai burung hiasan, pilihan untuk burung murai batu impor mungkin menjadi pilihan yang baik. Variasi warna bulu yang tajam, bentuk tubuh yang indah,merupakan ciri khas Murai Batu Impor seperti Murai Batu Thailand sehingga menjadikan jenis ini sangat cocok untuk dijadikan burung hias.
- Murai Batu Medan
- Murai Batu Aceh
- Murai Batu Jambi
- Murai Batu Lampung
- Murai Batu Palangka (Kalimantan)
- Murai Batu Banjar (Kalimantan)
- Murai Batu Jawa (Larwo)
- Murai Batu Thailand
- Murai Batu Malaysia
- Murai Batu Filipina
Murai Batu Thailand |
Jika anda hanya berniat memajang sebagai burung hiasan, pilihan untuk burung murai batu impor mungkin menjadi pilihan yang baik. Variasi warna bulu yang tajam, bentuk tubuh yang indah,merupakan ciri khas Murai Batu Impor seperti Murai Batu Thailand sehingga menjadikan jenis ini sangat cocok untuk dijadikan burung hias.
Jumat, 13 September 2013
SUARA UNTUK MASTER BURUNG BURUNG KENARI
Seorang teman punya hobi membeli burung kenari bakalan kemudian dia mastering kenari tersebut untuk dijual lagi dengan harga yang lebih tinggi tentunya. Mastering kenari saat lebih mudah karena bisa pakai player dan tinggal pencet aja. Player sekarang sudah dilengkapi dengan speaker dan tinggal colok pakai flashdisk dan dapat dibeli dengan harga yang cukup terjangkau.
Berikut ini beberapa file untuk mastering kenari anda:
1. Kenari Songs
2. Kenari Yorkshire
3. Kenari Timbrado Spanyol
4. Kenari Waterslager
5. Kenari American Singer
6. Kenari Lizard
7. Kenari Gloster
8. Kenari Rusia
9. Kenari Roller
10. Kenari Border
Berikut ini beberapa file untuk mastering kenari anda:
1. Kenari Songs
2. Kenari Yorkshire
3. Kenari Timbrado Spanyol
4. Kenari Waterslager
5. Kenari American Singer
6. Kenari Lizard
7. Kenari Gloster
8. Kenari Rusia
9. Kenari Roller
10. Kenari Border
Kamis, 12 September 2013
SIFAT ALAMI BURUNG KENARI SEBAGAI PETARUNG YANG MERDU SUARANYA
Burung Kenari atau Canary merupakan jenis burung berkicau yang banyak penggemarnya. Burung Kenari dikenal punya suara yang beragam dan merdu. Selain itu burung ini juga mudah diternakkan, dan harga anakannya juga lumayan mahal. Karakter burung kenari sebagai burung piaraan sangat cocok sekali dan gampang perawatannya namun suka sekali berkicau alias gacor. .
Burung Petarung
Karakter alami burung kenari adalah burung petarung, petarung disini maksudnya suka pamer suara dan tidak ingin dikalahkan suaranya. Ketika burung kenari di hutan maka dia menggunakan kicauannya semaksimal mungkin untuk menarik perhatian burung kenari betina dengan menunjukkan kejantanannya sebagai burung kenari petarung. Juga, burung kenari saat mendengar kicauan dari burung ocehan lain maka kicauan burung kenari pun berirama keras menyaingi kicauan dari burung lain.
Mudah Jinak
Menjinakkan burung kenari bukanlah sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Burung kenari sejatinya burung yang paling mudah jinak kepada manusia karena hampir semua burung kenari yang ada di tangan para pecinta burung ocehan merupakan burung hasil tangkaran oleh para peternak. Sehingga jangan salah bila burung kenari anda dapat dengan mudah mengenali anda sebagai pemiliknya dengan bersuara keras secara terus menerus ketika berjumpa dengan anda. Hebat bukan.
Tidak gampang Stress
Keunggulan pada kenari yang patut diacungi jempol ialah tidak mudah Stres. Berbeda mungkin pada burung ocehan lainnya yang begitu mudah Stres ketika berpindah tempat atau berpindah kandang sehingga berdampak tidak mau berkicau saat bertarung. Ini sangat membahayakan bagi burung ocehan ketika mengikuti perlombaan. Tetapi pada burung kenari itu tidaklah menjadi sebuah masalah. Saat burung kenari dipindahkan dari kandangnya ke kandang yang lain maka ia akan tetap berkicau seperti biasanya. Sehingga dari karakternya yang tidak mudah Stres membawa burung kenari sering memenangi juara ajang perlombaan burung ocehan.
Birahi Yang Mudah Naik
Karakter dasar pada burung kenari ialah birahinya yang mudah naik terutama pada kenari jantan. Sehingga dari karakter yang seperti ini membuat burung kenari begitu mudah diternak. Dalam prosesi penjodohannya pun cukup cepat hanya membutuhkan adaptasi yang sebentar lalu indukan jantan dan betina dapat disatukan dalam satu kandang. Tahu kan bahwa karakternya dapat menguntungkan para peternak tentunya.
Mudah Beradaptasi
Burung kenari dari semua jenisnya merupakan jenis burung yang paling mudah beradaptasi. Adaptasinya yang baik menjadikan burung kenari tidak mudah Stres. Alasan bahwa burung kenari mudah beradaptasi didukung dari asal daerahnya yakni benua Eropa dan Amerika yang mempunyai empat musim. Burung kenari yang berasal dari eropa ketika masuk ke Indonesia dapat menyesuaikan dengan keadaan iklim di Indonesia. Sehingga burung kenari adalah burung yang pandai untuk beradaptasi ketika berada di daerah yang berbeda.
Burung Petarung
Karakter alami burung kenari adalah burung petarung, petarung disini maksudnya suka pamer suara dan tidak ingin dikalahkan suaranya. Ketika burung kenari di hutan maka dia menggunakan kicauannya semaksimal mungkin untuk menarik perhatian burung kenari betina dengan menunjukkan kejantanannya sebagai burung kenari petarung. Juga, burung kenari saat mendengar kicauan dari burung ocehan lain maka kicauan burung kenari pun berirama keras menyaingi kicauan dari burung lain.
Mudah Jinak
Menjinakkan burung kenari bukanlah sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Burung kenari sejatinya burung yang paling mudah jinak kepada manusia karena hampir semua burung kenari yang ada di tangan para pecinta burung ocehan merupakan burung hasil tangkaran oleh para peternak. Sehingga jangan salah bila burung kenari anda dapat dengan mudah mengenali anda sebagai pemiliknya dengan bersuara keras secara terus menerus ketika berjumpa dengan anda. Hebat bukan.
Tidak gampang Stress
Keunggulan pada kenari yang patut diacungi jempol ialah tidak mudah Stres. Berbeda mungkin pada burung ocehan lainnya yang begitu mudah Stres ketika berpindah tempat atau berpindah kandang sehingga berdampak tidak mau berkicau saat bertarung. Ini sangat membahayakan bagi burung ocehan ketika mengikuti perlombaan. Tetapi pada burung kenari itu tidaklah menjadi sebuah masalah. Saat burung kenari dipindahkan dari kandangnya ke kandang yang lain maka ia akan tetap berkicau seperti biasanya. Sehingga dari karakternya yang tidak mudah Stres membawa burung kenari sering memenangi juara ajang perlombaan burung ocehan.
Birahi Yang Mudah Naik
Karakter dasar pada burung kenari ialah birahinya yang mudah naik terutama pada kenari jantan. Sehingga dari karakter yang seperti ini membuat burung kenari begitu mudah diternak. Dalam prosesi penjodohannya pun cukup cepat hanya membutuhkan adaptasi yang sebentar lalu indukan jantan dan betina dapat disatukan dalam satu kandang. Tahu kan bahwa karakternya dapat menguntungkan para peternak tentunya.
Mudah Beradaptasi
Burung kenari dari semua jenisnya merupakan jenis burung yang paling mudah beradaptasi. Adaptasinya yang baik menjadikan burung kenari tidak mudah Stres. Alasan bahwa burung kenari mudah beradaptasi didukung dari asal daerahnya yakni benua Eropa dan Amerika yang mempunyai empat musim. Burung kenari yang berasal dari eropa ketika masuk ke Indonesia dapat menyesuaikan dengan keadaan iklim di Indonesia. Sehingga burung kenari adalah burung yang pandai untuk beradaptasi ketika berada di daerah yang berbeda.
Senin, 09 September 2013
CARA BUDIDAYA BEKICOT
Budidaya bekicot sejatinya mulai berkembang di tahun 80an. Saat itu beternak bekicot dan makan bekicot mulai booming di Indonesia. Bekicot dagingnya punya citarasa tersendiri yang tidak akan anda jumpai pada daging hewan lainnya. Pada era 80an bekicot yang dianggap hama mulai diburu orang untuk diolah menjadi makanan, dan banyak orang mulai budidaya bekicot secara komersial.
Bekicot adalah hewan sejenis siput darat yang berasal dari Afrika Timur, kemudian tersebar keseluruh dunia dalam waktu relatif singkat, karena berkembang biak dengan cepat. Bekicot tersebar ke arah Timur sampai di kepulauan Mauritius, India, Malaysia, akhirnya ke Indonesia.
Bekicot diternakkan umumnya jenis Achatina fulica yang banyak disenangi orang, karena bekicot jenis ini banyak mengandung daging. Konon di Eropa, bekicot jenis ini digunakan sebagai bahan baku makanan yang disebut Escargot. Escargot semula berbahan baku Helix pomatia. Karena Helix pomatia lama kelamaan sulit diperoleh maka bekicot jenis Achatina fulica menggantikannya sebagai bahan baku Escargot.
Selain pakan ternak bekicot merupakan sumber protein hewani yang bermutu tinggi karena mengandung asam-asam amino esensial yang lengkap. Masyarakat yang menggemari makanan dari bahan baku bekicot (sate bekicot, keripik bekicot ) adalah masyarakat Kediri. Disamping itu bekicot juga kerap dipakai dalam pengobatan tradisional, karena ekstrak daging bekicot dan lendirnya sangat bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti abortus, sakit waktu menstruasi, radang selaput mata, sakit gigi, gatal-gatal, jantung dan lain-lain. Sedangkan kulit bekicot sangat mujarab untuk penyakit tumor. Sejenis obat yang dikenal berasal dari kulit bekicot, dinamakan Maulie., yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti kekejangan, jantung suka berdebar, tidak bisa tidur/insomania, leher membengkak dan penyakit kaum wanita termasuk keputihan
LOKASI Budidaya Bekicot
Lokasi perlu dipilih yang dekat dengan jalan, agar mudah penanganannya, baik saat pembuatan kandang, saat pengontrolan maupun penanganannya pascapanen, artinya pada saat membawa hasil panen tersebut tidak kesulitan dalam transportasinya. Lokasi yang sesuai untuk budidaya bekicot adalah lokasi yang basah serta lembab dan terlindung dari cahaya matahari secara langsung. Selain itu juga tanah yang disukai adalah tanah yang banyak mengandung kapur sebagai zat untuk pembentukan cangkang.
TEKNIS BUDIDAYA
Penyiapan Sarana dan PeralatanPerkandanganWalaupun lahan yang diperlukan tidaklah terlalu luas namun persyaratan mengenai kelembaban dan keteduhan perkandangan perlu diperhatikan, karena dalam aslinya dan untuk berkembang biak secara baik bekicot senang dengan keadaan yang lembab dan teduh. Kandang didirikan di tanah kering, teduh, lembab dengan suhu udara berkisar 25–30 ° C. Cara pemeliharaan bekicot tidak terlalu sulit. Bisa dilakukan secara terpisah, artinya bekicot yang kecil dipelihara terpisah dari yang besar. Bisa juga dilakukan secara campuran, yaitu bekicot kecil dan besar dipelihara dalam satu kandang tanpa melihat umur/besarnya. Bila dilakukan secara terpisah resikonya harus dibuat beberapa kandang. Fungsi kandang itu antara lain untuk penetasan, pembesaran dan sebagai kandang induk. Ada tiga cara berternak bekicot di dalam kandang, antara lain:
Kandang kotak kayu
Kandang terbuat dalam lembaran kayu tripleks yang berkaki. Untuk kerangkanya dapat digunakan kayu kaso. Ukuran panjang dan lebar kandang adalah 1 x 1 meter, tinggi 1,25 meter. Di atas kotak tersebut diberi kawat kasa, agar bekicot tidak keluar dari dalam kandang. Sebaiknya di atas kotak perlu dibuatkan tempat berteduh, agar keadaan tempat selalu gelap/tidak langsung kena sinar matahari.
Kandang dari bak semen
Pembuatan kandang ini sama dengan kandang kotak kayu. Dalam bak semen yang perlu diperhatikan adalah alasnya. Untuk menciptakan suasana lembab, alas semen perlu diberi tanah dan cacing untuk menggemburkan tanah dan menyerap kotoran yang dikeluarkan bekicot. Tebal lapisan tanah di dalam bak sekitar 30 cm. Zat-zat makanan yang diperlukan bekicot hendaklah selalu tersedia di dalam bak.
Kandang galian tanah
Tanah digali dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi 1 x 1 x 1 m. Perlu diperhatikan sebaiknya tanah galian yang akan digunakan untuk kandang dipilih yang agak kering. Sebaiknya kandang dibuat di bawah pohon yang rimbun, kalau dindingnya terlalu basah perlu diberi lapisan pasir. Untuk menjaga keadaan selalu gelap, seperti cara pertama dan kedua, di atas kandang perlu dibuatkan bedeng sebagai penutup. Masa panen, bila kandangnya terbuat dari tanah galian, cara pengambilannya dilakukan dengan menggunakan galah yang bisa menjepit bekicot agar bekicot dan telurnya tidak rusak.
Peralatan
Alat-alat yang diperlukan untuk pembuatan kandang: kayu, semen, bata pasir, kain kasa dan cangkul.
Pembibitan
Tidak semua jenis bekicot cocok untuk dibudidayakan. Dua jenis bekicot yang biasa diternakkan, yaitu spesies Achatina fulica dan Achatina variegata. Ciri bekicot jenis Achanita fulica biasanya warna garis-garis pada tempurung/cangkangnya tidak begitu mencolok. Sedangkan jenis Achatina variegata warna garis-garis pada cangkangnya tebal dan berbuku-buku.
Pemilihan Bibit Calon Induk
Jika bibit unggul belum tersedia maka sebagai langkah pertama dapat digunakan bibit lokal dengan jalan mengumpulkan bekicot yang banyak terdapat di kebun pisang, kelapa, serta semak belukar. Bekicot yang baik dijadikan bibit adalah yang tidak rusak/cacat yang sementara waktu dan yang besar dengan berat lebih kurang 75-100 gram/ekor.
Reproduksi dan Perkawinan
Bekicot biasanya mulai kawin pada usia enam sampai tujuh bulan ditempat pemeliharaan yang cukup memenuhi syarat. Pada masa kawin bekicot betina mulai menyingkir ke tempat yang lebih aman. Bekicot bertelur di sembarang tempat. Jumlah telurnya setiap penetasan biasanya lebih dari lima puluh butir (50-100). Jumlah produksi telur tergantung masa subur bekicot itu sendiri. Besar telur bekicot tidak lebih dari 2 mm.
PENETASAN
Telur bekicot akan menetas setelah usianya cukup. Pada waktu telur itu menetas dan menjadi anak cangkang, biasanya tidak ditunggui induknya. Begitu bekicot selesai bertelur, telurnya ditinggalkan begitu saja. Telur bekicot akan pecah sendiri melalui proses alam. Penetasan bekicot hingga menjadi anak tergantung pada keadaan tempat dan waktu tetas. Bilamana tempat itu memenuhi syarat (sempurna) seperti kelembaban tanah, iklim dan cahaya yang mencukupi, maka telur akan cepat menetas. Sebaliknya jika keadaan tanah/iklim kering dan tempatnya kurang menguntungkan maka telur akan lambat menetas.
Pemeliharaan
Pemeliharaan bekicot bisa dilakukan dengan cara terpisah dan bisa juga secara campuran di dalam suatu tempat. Meskipun cara terpisah membutuhkan tempat khusus tetapi ada keuntungannya. Misalnya, anak bekicot bisa diketahui perkembangannya secara tepat, baik besarnya maupun usianya. Dengan demikian, tidak sulit untuk memberikan perawatan secara khusus. Bagi peternak bekicot sangat mudah kiranya apabila perawatan anak bekicot itu dilakukan di tempat khusus. Adapun makanan anak bekicot bisa diberi makanan dengan sejenis ganggang (lumut), pupus daun dan sedikit zat kapur. Harus diingat hendaklah tempatnya selalu teduh dan lembab. Setelah anak bekicot berusia dua/tiga bulan, hendaklah dipindahkan kekandang pembesaran. Keberhasilan budidaya bekicot tergantung pada cara perawatan dan pemeliharaan teknis selama diternakkan. Beberapa perawatan teknis dalam budidaya bekicot diantaranya meliputi:
Menjaga kelembaban lingkungan
Bekicot sangat suka tempat yang lembab sehingga untuk mempertahankan kelembaban lingkungan dapat digunakan atap atau perlindungan lain. Pada musim panas kelembaban lingkungan dapat dipertahankan dengan menyiramkan air lokasi peternakan setiap hari.
Mempertahankan kondisi lingkungan
Bekicot menyukai tempat yang lembab, namun bukan berarti pada tanah yang becek. Sehingga diperlukan usaha untuk mempertahankan kondisi lingkungan yang sesuai dengan yang dikehendaki bekicot.
Pemberian pakan yang bermutu secara teratur
Agar hasil budidaya berhasil dengan baik diperlukan pemberian pakan yang bermutu dan teratur. Pemberian pakan berpedoman pada mutu pakan dan kebiasaan waktu makan. Mutu makan yang baik akan menentukan kualitas daging bekicot. Mutu pakan yang baik dapat dipenuhi dengan memberi pakan berupa daun-daunan yang disukai dan buah-buahan. Misalnya; daun dan buah pepaya, daun bayam, buah terung mentimun, swai dan lain sebagainya.
Menjaga areal agar tidak dimasuki hewan lain
Agar bekicot dapat tumbuh baiak tanpa gangguan dari hewan yang merupakan musuhnya dan hewan yang dapat merebut makanannya maka lahan budidaya harus dijaga agar tidak dapat dimasuki hewan-hewan lain.Menjaga bekicot agar tidak keluar dari areal pemeliharaanUntuk menjaga agar bekicot tidak keluar dari areal dapat dilakukan hal sebagai berikut:membuat tutup kandang (bila budidaya bekicot dalam kandang)membuat pagar yang bagian atasnya diolesi dengan detergen
menabur abu atau garam disekeliling pagar bagian dalam.
HAMA DAN PENYAKIT
Sampai saat ini belum banyak diketahui tentang adanya hama atau penyakit yang dapat menyebabkan kematian bekicot, kecuali semut, bebek dan itik.
PANEN
Dengan pemeliharaan cukup baik, bekicot mulai dapat dipanen setelah 5-8 bulan. secara fisik dapat dilihat apabila panjang cangkang telah mencapai 8-10 Cm, maka bekicot telah siap untuk diambil dagingnya. Hasil utama dari ternak bekicot adalah dagingnya, yang dapat diolah langsung dengan dibuat sate, keripik, dendeng/masakan segar lainnya dan dapat juga diolah dalam bentuk kalengan. Ada juga permintaan dalam keadan hidup. Disamping itu daging dari bekicot ini dapat dijadikan tepung, yang pengolahannya melalui proses pengeringan terlebih dahulu.
Hasil Tambahan
Disamping diambil dagingnya, kulit/cangkang bekicot juga laku untuk dijual. Baik untuk bahan dasar obat-obatan/dibuat tepung untuk tambahan makanan
untuk hewan ternak yang membutuhkan tepung berbahan dasar yang mengandung zat kapur.
Penangkapan
Bekicot dikumpulkan di dalam kotak kardus/peti dari kayu dan jangan menggunakan karung goni karena dapat mengakibatkan kulit bekicot pecah. Setelah dimasukkan dalam peti, pertama sekali perlu dilakukan pencucian agar terhindar dari semua kotoran dan lumpur yang melekat pada cangkangnya. Pencucian ini dengan cara menyemprot bekicot dengan air bersih. Setelah itu, Bekicot di karantina selama 1-2 hari/malam tanpa diberikan makan agar kotoran dan lendirnya keluar sebanyak mungkin.
PASCAPANEN
Setelah dilakukan penagkapan dan pengumpulan bekicot lalu dilakukan penyortiran dengan jalan membuang bekicot yang mati atau terlalu kecil untuk diolah. Kemudian dilakukan penggaraman, dengan memberikan garam 10-15% dari berat total bekicot, dengan cara diaduk rata. Penggaraman dapat mematikan bekicot sekaligus mengeluarkan lendir sebanyak mungkin. Setelah melalui tahapan penggaraman, segera direbus dengan air garam 3% selama 10 menit, kemudian diangkat dan disemprot dengan air dingin, baru dilakukan pencukilan daging. Perebusan kedua dilakukan setelah bagian perut dibuang dan kotoran lainnya dalam larutan garam 3%. Cara ini bertujuan untuk menghilangkan lendir dan daging menjadi lebih lunak. Kemudian daging tersebut dibungkus dan dikemas dalam karton.
Kini telah banyak berdiri perusahaan-perusahaan pengelola daging bekicot, yang dapat memperlancar pemasaran pasaran sebagai komoditi eksport.
Bekicot adalah hewan sejenis siput darat yang berasal dari Afrika Timur, kemudian tersebar keseluruh dunia dalam waktu relatif singkat, karena berkembang biak dengan cepat. Bekicot tersebar ke arah Timur sampai di kepulauan Mauritius, India, Malaysia, akhirnya ke Indonesia.
Bekicot diternakkan umumnya jenis Achatina fulica yang banyak disenangi orang, karena bekicot jenis ini banyak mengandung daging. Konon di Eropa, bekicot jenis ini digunakan sebagai bahan baku makanan yang disebut Escargot. Escargot semula berbahan baku Helix pomatia. Karena Helix pomatia lama kelamaan sulit diperoleh maka bekicot jenis Achatina fulica menggantikannya sebagai bahan baku Escargot.
Selain pakan ternak bekicot merupakan sumber protein hewani yang bermutu tinggi karena mengandung asam-asam amino esensial yang lengkap. Masyarakat yang menggemari makanan dari bahan baku bekicot (sate bekicot, keripik bekicot ) adalah masyarakat Kediri. Disamping itu bekicot juga kerap dipakai dalam pengobatan tradisional, karena ekstrak daging bekicot dan lendirnya sangat bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti abortus, sakit waktu menstruasi, radang selaput mata, sakit gigi, gatal-gatal, jantung dan lain-lain. Sedangkan kulit bekicot sangat mujarab untuk penyakit tumor. Sejenis obat yang dikenal berasal dari kulit bekicot, dinamakan Maulie., yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti kekejangan, jantung suka berdebar, tidak bisa tidur/insomania, leher membengkak dan penyakit kaum wanita termasuk keputihan
LOKASI Budidaya Bekicot
Lokasi perlu dipilih yang dekat dengan jalan, agar mudah penanganannya, baik saat pembuatan kandang, saat pengontrolan maupun penanganannya pascapanen, artinya pada saat membawa hasil panen tersebut tidak kesulitan dalam transportasinya. Lokasi yang sesuai untuk budidaya bekicot adalah lokasi yang basah serta lembab dan terlindung dari cahaya matahari secara langsung. Selain itu juga tanah yang disukai adalah tanah yang banyak mengandung kapur sebagai zat untuk pembentukan cangkang.
TEKNIS BUDIDAYA
Penyiapan Sarana dan PeralatanPerkandanganWalaupun lahan yang diperlukan tidaklah terlalu luas namun persyaratan mengenai kelembaban dan keteduhan perkandangan perlu diperhatikan, karena dalam aslinya dan untuk berkembang biak secara baik bekicot senang dengan keadaan yang lembab dan teduh. Kandang didirikan di tanah kering, teduh, lembab dengan suhu udara berkisar 25–30 ° C. Cara pemeliharaan bekicot tidak terlalu sulit. Bisa dilakukan secara terpisah, artinya bekicot yang kecil dipelihara terpisah dari yang besar. Bisa juga dilakukan secara campuran, yaitu bekicot kecil dan besar dipelihara dalam satu kandang tanpa melihat umur/besarnya. Bila dilakukan secara terpisah resikonya harus dibuat beberapa kandang. Fungsi kandang itu antara lain untuk penetasan, pembesaran dan sebagai kandang induk. Ada tiga cara berternak bekicot di dalam kandang, antara lain:
Kandang kotak kayu
Kandang terbuat dalam lembaran kayu tripleks yang berkaki. Untuk kerangkanya dapat digunakan kayu kaso. Ukuran panjang dan lebar kandang adalah 1 x 1 meter, tinggi 1,25 meter. Di atas kotak tersebut diberi kawat kasa, agar bekicot tidak keluar dari dalam kandang. Sebaiknya di atas kotak perlu dibuatkan tempat berteduh, agar keadaan tempat selalu gelap/tidak langsung kena sinar matahari.
Kandang dari bak semen
Pembuatan kandang ini sama dengan kandang kotak kayu. Dalam bak semen yang perlu diperhatikan adalah alasnya. Untuk menciptakan suasana lembab, alas semen perlu diberi tanah dan cacing untuk menggemburkan tanah dan menyerap kotoran yang dikeluarkan bekicot. Tebal lapisan tanah di dalam bak sekitar 30 cm. Zat-zat makanan yang diperlukan bekicot hendaklah selalu tersedia di dalam bak.
Kandang galian tanah
Tanah digali dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi 1 x 1 x 1 m. Perlu diperhatikan sebaiknya tanah galian yang akan digunakan untuk kandang dipilih yang agak kering. Sebaiknya kandang dibuat di bawah pohon yang rimbun, kalau dindingnya terlalu basah perlu diberi lapisan pasir. Untuk menjaga keadaan selalu gelap, seperti cara pertama dan kedua, di atas kandang perlu dibuatkan bedeng sebagai penutup. Masa panen, bila kandangnya terbuat dari tanah galian, cara pengambilannya dilakukan dengan menggunakan galah yang bisa menjepit bekicot agar bekicot dan telurnya tidak rusak.
Peralatan
Alat-alat yang diperlukan untuk pembuatan kandang: kayu, semen, bata pasir, kain kasa dan cangkul.
Pembibitan
Tidak semua jenis bekicot cocok untuk dibudidayakan. Dua jenis bekicot yang biasa diternakkan, yaitu spesies Achatina fulica dan Achatina variegata. Ciri bekicot jenis Achanita fulica biasanya warna garis-garis pada tempurung/cangkangnya tidak begitu mencolok. Sedangkan jenis Achatina variegata warna garis-garis pada cangkangnya tebal dan berbuku-buku.
Pemilihan Bibit Calon Induk
Jika bibit unggul belum tersedia maka sebagai langkah pertama dapat digunakan bibit lokal dengan jalan mengumpulkan bekicot yang banyak terdapat di kebun pisang, kelapa, serta semak belukar. Bekicot yang baik dijadikan bibit adalah yang tidak rusak/cacat yang sementara waktu dan yang besar dengan berat lebih kurang 75-100 gram/ekor.
Reproduksi dan Perkawinan
Bekicot biasanya mulai kawin pada usia enam sampai tujuh bulan ditempat pemeliharaan yang cukup memenuhi syarat. Pada masa kawin bekicot betina mulai menyingkir ke tempat yang lebih aman. Bekicot bertelur di sembarang tempat. Jumlah telurnya setiap penetasan biasanya lebih dari lima puluh butir (50-100). Jumlah produksi telur tergantung masa subur bekicot itu sendiri. Besar telur bekicot tidak lebih dari 2 mm.
PENETASAN
Telur bekicot akan menetas setelah usianya cukup. Pada waktu telur itu menetas dan menjadi anak cangkang, biasanya tidak ditunggui induknya. Begitu bekicot selesai bertelur, telurnya ditinggalkan begitu saja. Telur bekicot akan pecah sendiri melalui proses alam. Penetasan bekicot hingga menjadi anak tergantung pada keadaan tempat dan waktu tetas. Bilamana tempat itu memenuhi syarat (sempurna) seperti kelembaban tanah, iklim dan cahaya yang mencukupi, maka telur akan cepat menetas. Sebaliknya jika keadaan tanah/iklim kering dan tempatnya kurang menguntungkan maka telur akan lambat menetas.
Pemeliharaan
Pemeliharaan bekicot bisa dilakukan dengan cara terpisah dan bisa juga secara campuran di dalam suatu tempat. Meskipun cara terpisah membutuhkan tempat khusus tetapi ada keuntungannya. Misalnya, anak bekicot bisa diketahui perkembangannya secara tepat, baik besarnya maupun usianya. Dengan demikian, tidak sulit untuk memberikan perawatan secara khusus. Bagi peternak bekicot sangat mudah kiranya apabila perawatan anak bekicot itu dilakukan di tempat khusus. Adapun makanan anak bekicot bisa diberi makanan dengan sejenis ganggang (lumut), pupus daun dan sedikit zat kapur. Harus diingat hendaklah tempatnya selalu teduh dan lembab. Setelah anak bekicot berusia dua/tiga bulan, hendaklah dipindahkan kekandang pembesaran. Keberhasilan budidaya bekicot tergantung pada cara perawatan dan pemeliharaan teknis selama diternakkan. Beberapa perawatan teknis dalam budidaya bekicot diantaranya meliputi:
Menjaga kelembaban lingkungan
Bekicot sangat suka tempat yang lembab sehingga untuk mempertahankan kelembaban lingkungan dapat digunakan atap atau perlindungan lain. Pada musim panas kelembaban lingkungan dapat dipertahankan dengan menyiramkan air lokasi peternakan setiap hari.
Mempertahankan kondisi lingkungan
Bekicot menyukai tempat yang lembab, namun bukan berarti pada tanah yang becek. Sehingga diperlukan usaha untuk mempertahankan kondisi lingkungan yang sesuai dengan yang dikehendaki bekicot.
Pemberian pakan yang bermutu secara teratur
Agar hasil budidaya berhasil dengan baik diperlukan pemberian pakan yang bermutu dan teratur. Pemberian pakan berpedoman pada mutu pakan dan kebiasaan waktu makan. Mutu makan yang baik akan menentukan kualitas daging bekicot. Mutu pakan yang baik dapat dipenuhi dengan memberi pakan berupa daun-daunan yang disukai dan buah-buahan. Misalnya; daun dan buah pepaya, daun bayam, buah terung mentimun, swai dan lain sebagainya.
Menjaga areal agar tidak dimasuki hewan lain
Agar bekicot dapat tumbuh baiak tanpa gangguan dari hewan yang merupakan musuhnya dan hewan yang dapat merebut makanannya maka lahan budidaya harus dijaga agar tidak dapat dimasuki hewan-hewan lain.Menjaga bekicot agar tidak keluar dari areal pemeliharaanUntuk menjaga agar bekicot tidak keluar dari areal dapat dilakukan hal sebagai berikut:membuat tutup kandang (bila budidaya bekicot dalam kandang)membuat pagar yang bagian atasnya diolesi dengan detergen
menabur abu atau garam disekeliling pagar bagian dalam.
HAMA DAN PENYAKIT
Sampai saat ini belum banyak diketahui tentang adanya hama atau penyakit yang dapat menyebabkan kematian bekicot, kecuali semut, bebek dan itik.
PANEN
Dengan pemeliharaan cukup baik, bekicot mulai dapat dipanen setelah 5-8 bulan. secara fisik dapat dilihat apabila panjang cangkang telah mencapai 8-10 Cm, maka bekicot telah siap untuk diambil dagingnya. Hasil utama dari ternak bekicot adalah dagingnya, yang dapat diolah langsung dengan dibuat sate, keripik, dendeng/masakan segar lainnya dan dapat juga diolah dalam bentuk kalengan. Ada juga permintaan dalam keadan hidup. Disamping itu daging dari bekicot ini dapat dijadikan tepung, yang pengolahannya melalui proses pengeringan terlebih dahulu.
Hasil Tambahan
Disamping diambil dagingnya, kulit/cangkang bekicot juga laku untuk dijual. Baik untuk bahan dasar obat-obatan/dibuat tepung untuk tambahan makanan
untuk hewan ternak yang membutuhkan tepung berbahan dasar yang mengandung zat kapur.
Penangkapan
Bekicot dikumpulkan di dalam kotak kardus/peti dari kayu dan jangan menggunakan karung goni karena dapat mengakibatkan kulit bekicot pecah. Setelah dimasukkan dalam peti, pertama sekali perlu dilakukan pencucian agar terhindar dari semua kotoran dan lumpur yang melekat pada cangkangnya. Pencucian ini dengan cara menyemprot bekicot dengan air bersih. Setelah itu, Bekicot di karantina selama 1-2 hari/malam tanpa diberikan makan agar kotoran dan lendirnya keluar sebanyak mungkin.
PASCAPANEN
Setelah dilakukan penagkapan dan pengumpulan bekicot lalu dilakukan penyortiran dengan jalan membuang bekicot yang mati atau terlalu kecil untuk diolah. Kemudian dilakukan penggaraman, dengan memberikan garam 10-15% dari berat total bekicot, dengan cara diaduk rata. Penggaraman dapat mematikan bekicot sekaligus mengeluarkan lendir sebanyak mungkin. Setelah melalui tahapan penggaraman, segera direbus dengan air garam 3% selama 10 menit, kemudian diangkat dan disemprot dengan air dingin, baru dilakukan pencukilan daging. Perebusan kedua dilakukan setelah bagian perut dibuang dan kotoran lainnya dalam larutan garam 3%. Cara ini bertujuan untuk menghilangkan lendir dan daging menjadi lebih lunak. Kemudian daging tersebut dibungkus dan dikemas dalam karton.
Kini telah banyak berdiri perusahaan-perusahaan pengelola daging bekicot, yang dapat memperlancar pemasaran pasaran sebagai komoditi eksport.
ULAT SUTERA LIAR CRICULA PENGHASIL KAIN SUTERA EMAS
Jika bicara ulat sutera, ulat dari jenis Bombyx mori yang makan daun murbei, mungkin terlebih dahulu dikenal sebagai penghasil benang sutera. Berkat adanya pencarian orang jepang akan benang sutera emas yang sudah lama hilang di Jepang, kini mulai dikembangkan ulat sutra alam dari jenis Cricula trinfenestrata yang secara alami banyak dijumpai di Indonesia.
Ulat sutera emas Cricula dikategorikan sebagai ulat sutera liar. Kokonnya bisa dimanfaatkan untuk pembuatan benang sutera dengan warna keemasan yang elegan. Itulah sebabnya, Cricula disebut pula ulat sutra emas. Selain itu, kokonnya merupakan bahan baku utama Kimono Jepang dan juga untuk pembuatan aneka aksesori yang indah dan eksotis.
Secara alami, ulat sutera emas cricula ini mudah ditemukan di daerah yang banyak memiliki tanaman jambu mete. Ulat Cricula merupakan hama utama pada tanaman jambu mete. Munaan (1986), mengatakan bila jambu mete kehilangan daun sampai 50 % akibat serangan Cricula, jumlah putik jambu mete menurun 37 %, tetapi bila kehilangan daun sampai 100% atau gundul, tanaman tidak akan menghasilkan putik dan kondisinya baru akan pulih 18 bulan kemudian.
Tak heran bila ulat tersebut menjadi hama utama di perkebunan jambu mete. Pada tanaman jambu mete, ulat biasanya muncul pada awal musim hujan. Ketika populasi ulat sangat tinggi, mereka mampu memakan habis seluruh daun tanaman. Pohon menjadi gundul dan tersisa hanya ranting serta tulang-tulang daun, tetapi tanaman tidak mati.
Kokon itulah yang diambil untuk diproses lebih lanjut sebagai bahan baku pemintalan benang sutra emas. Kokon memiliki struktur yang terdiri atas serabut serat, kulit kokon yang menghasilkan benang sutra, dan kulit kepompong. Bagian yang diambil dan diolah lebih lanjut dalam pemintalan benang adalah kulit kokon.
Dengan demikian, Cricula pada fase kepompong yang membentuk kokon menjadi sumber daya yang bisa dimanfaatkan lebih lanjut untuk pembuatan benang sutra emas atau perhiasan/aksesori dengan bahan baku utama dari kokon tersebut.
Benang Sutera Emas
Kokon yang dipanen dari alam, sebaiknya yang sudah keluar ngengatnya, sehingga terjaga kelestariannya. Jika ujung kokon terbuka, berarti ngengat sudah keluar. Jika ujung kokon rapat, berarti ngengat masih dalam kepompong. Kokon yang dipanen dibersihkan dari ranting, tulang daun, atau daun tersebut, sehingga kualitas benang sutra yang dihasilkan bagus.
Pekerjaan berikutnya adalah membuang cangkang kepompong yang berada di dalam kokon dengan menggunakan gunting atau cutter. Jangan menyobek dengan jari tangan karena akan lebih banyak merusak serat sutra.
Kokon yang sudah bersih, dikumpulkan dan diurai terlebih dahulu dengan cara direbus. Perebusan ini akan melarutkan serisin yang merupakan penyusun lapisan luar serat sutra. Serisin inilah yang berfungsi sebagai perekat, sehingga serat-serat sutra bisa menempel satu sama lain.
Kokon direbus dalam larutan air sabun. Sabun yang digunakan adalah sabun batangan. Satu sabun batangan dilarutkan dalam 6 liter air, kemudian dipanaskan. Setelah mendidih, kokon baru dimasukkan dan direbus kurang lebih selama 1 jam. Setelah itu, kokon diangkat, ditiriskan, dan dicuci dengan air. Pada saat dicuci, serat kokon ditarik-tarik sehingga membentuk gumpalan seperti kapas atau bulu domba. Gumpalan serat sutra ini kemudian dijemur hingga kering. Gumpalan serat sutra yang telah kering siap dipintal menjadi benang.
Pemintalan serat sutra emas Cricula dilakukan dengan menyejajarkan serat-serat sutra menjadi satu ukuran tertentu kemudian dipilin agar serat-seratnya tidak terlepas. Cara demikian dilakukan karena serat sutra emas Cricula tersusun dari serat-serat pendek.
Pemintalan serat sutra emas menjadi benang dikerjakan dengan menggunakan alat pemintal yang disebut jantra. Pada alat ini dipasang sebuah dinamo yang memutar streng, sehingga sumbu pemintal ikut berputar. Ujung serat dari gumpalan serat sutra emas dipilin dan diikat pada alat pintal. Kemudian, tangan kiri menarik perlahan-lahan pilinan tersebut menjauhi alat pemintal untuk mendapatkan ukuran benang yang dikehendaki. Dengan menarik serat-serat tersebut, akan didapatkan satu untaian pilinan benang yang bersambungan menjadi gulungan benang yang panjang. Inilah benang pintal sutra emas yang tersusun dari serat-serat sutra emas yang pendek. Dalam proses pemintalan tersebut, 6 kg kokon sutra emas bisa menghasilkan 1 kg benang. Nilai ekonomi benang sutera emas sangat tinggi dan banyak dibutuhkan di Jepang.
Ulat sutera emas Cricula dikategorikan sebagai ulat sutera liar. Kokonnya bisa dimanfaatkan untuk pembuatan benang sutera dengan warna keemasan yang elegan. Itulah sebabnya, Cricula disebut pula ulat sutra emas. Selain itu, kokonnya merupakan bahan baku utama Kimono Jepang dan juga untuk pembuatan aneka aksesori yang indah dan eksotis.
Secara alami, ulat sutera emas cricula ini mudah ditemukan di daerah yang banyak memiliki tanaman jambu mete. Ulat Cricula merupakan hama utama pada tanaman jambu mete. Munaan (1986), mengatakan bila jambu mete kehilangan daun sampai 50 % akibat serangan Cricula, jumlah putik jambu mete menurun 37 %, tetapi bila kehilangan daun sampai 100% atau gundul, tanaman tidak akan menghasilkan putik dan kondisinya baru akan pulih 18 bulan kemudian.
Tak heran bila ulat tersebut menjadi hama utama di perkebunan jambu mete. Pada tanaman jambu mete, ulat biasanya muncul pada awal musim hujan. Ketika populasi ulat sangat tinggi, mereka mampu memakan habis seluruh daun tanaman. Pohon menjadi gundul dan tersisa hanya ranting serta tulang-tulang daun, tetapi tanaman tidak mati.
Kokon itulah yang diambil untuk diproses lebih lanjut sebagai bahan baku pemintalan benang sutra emas. Kokon memiliki struktur yang terdiri atas serabut serat, kulit kokon yang menghasilkan benang sutra, dan kulit kepompong. Bagian yang diambil dan diolah lebih lanjut dalam pemintalan benang adalah kulit kokon.
Dengan demikian, Cricula pada fase kepompong yang membentuk kokon menjadi sumber daya yang bisa dimanfaatkan lebih lanjut untuk pembuatan benang sutra emas atau perhiasan/aksesori dengan bahan baku utama dari kokon tersebut.
Benang Sutera Emas
Kokon yang dipanen dari alam, sebaiknya yang sudah keluar ngengatnya, sehingga terjaga kelestariannya. Jika ujung kokon terbuka, berarti ngengat sudah keluar. Jika ujung kokon rapat, berarti ngengat masih dalam kepompong. Kokon yang dipanen dibersihkan dari ranting, tulang daun, atau daun tersebut, sehingga kualitas benang sutra yang dihasilkan bagus.
Pekerjaan berikutnya adalah membuang cangkang kepompong yang berada di dalam kokon dengan menggunakan gunting atau cutter. Jangan menyobek dengan jari tangan karena akan lebih banyak merusak serat sutra.
Kokon yang sudah bersih, dikumpulkan dan diurai terlebih dahulu dengan cara direbus. Perebusan ini akan melarutkan serisin yang merupakan penyusun lapisan luar serat sutra. Serisin inilah yang berfungsi sebagai perekat, sehingga serat-serat sutra bisa menempel satu sama lain.
Kokon direbus dalam larutan air sabun. Sabun yang digunakan adalah sabun batangan. Satu sabun batangan dilarutkan dalam 6 liter air, kemudian dipanaskan. Setelah mendidih, kokon baru dimasukkan dan direbus kurang lebih selama 1 jam. Setelah itu, kokon diangkat, ditiriskan, dan dicuci dengan air. Pada saat dicuci, serat kokon ditarik-tarik sehingga membentuk gumpalan seperti kapas atau bulu domba. Gumpalan serat sutra ini kemudian dijemur hingga kering. Gumpalan serat sutra yang telah kering siap dipintal menjadi benang.
Pemintalan serat sutra emas Cricula dilakukan dengan menyejajarkan serat-serat sutra menjadi satu ukuran tertentu kemudian dipilin agar serat-seratnya tidak terlepas. Cara demikian dilakukan karena serat sutra emas Cricula tersusun dari serat-serat pendek.
Pemintalan serat sutra emas menjadi benang dikerjakan dengan menggunakan alat pemintal yang disebut jantra. Pada alat ini dipasang sebuah dinamo yang memutar streng, sehingga sumbu pemintal ikut berputar. Ujung serat dari gumpalan serat sutra emas dipilin dan diikat pada alat pintal. Kemudian, tangan kiri menarik perlahan-lahan pilinan tersebut menjauhi alat pemintal untuk mendapatkan ukuran benang yang dikehendaki. Dengan menarik serat-serat tersebut, akan didapatkan satu untaian pilinan benang yang bersambungan menjadi gulungan benang yang panjang. Inilah benang pintal sutra emas yang tersusun dari serat-serat sutra emas yang pendek. Dalam proses pemintalan tersebut, 6 kg kokon sutra emas bisa menghasilkan 1 kg benang. Nilai ekonomi benang sutera emas sangat tinggi dan banyak dibutuhkan di Jepang.
Minggu, 08 September 2013
PENANGKARAN DAN TEKNIK BUDIDAYA KUPU-KUPU
Kupu-kupu merupakan hewan rapuh nan cantik yang banyak terdapat di Indonesia. Banyak jenis Kupu-Kupu yang berwarna indah dan menjadi bahan aksesoris dan pajangan. Seperti di daerah wisata Bantimurung Sulawesi Selatan. Pengambilan kupu-kupu dari alam secara tidak terkendali bisa menyebabkan punahnya jenis kupu-kupu terutama yang dilindungi. Sehingga upaya budidaya atau penangkaran kupu-kupu sebaiknya juga dilakukan.
Budidaya kupu-kupu sebenarnya tidak berbeda jauh dengan peternakan hewan lainnya; yakni hewan yang dipelihara sampai mencapai ukuran tertentu untuk dimanfaatkan atau dijual.
Hanya, para penangkar satwa liar indah ini sering merasa adanya unsur seni, apalagi saat menonton kupu-kupu segar menetas dari kepompong dan mengeringkan sayapnya menjelma bagaikan permata terbang. Tentu, persyaratan menjadi penangkar kupu-kupu akan berbeda dengan persyaratan menjadi peternak hewan besar. Walaupun pekerjaannya dapat dianggap ringan – seratus ekor ulat hanya seberat sebuah jeruk – namun memerlukan tingkat ketelitian/ketekunan yang luar biasa untuk menguasi ilmu penangkaran sehingga menjadi penangkar kupu-kupu yang berhasil dan sukses.
Budidaya kupu-kupu sebenarnya tidak berbeda jauh dengan peternakan hewan lainnya; yakni hewan yang dipelihara sampai mencapai ukuran tertentu untuk dimanfaatkan atau dijual.
Hanya, para penangkar satwa liar indah ini sering merasa adanya unsur seni, apalagi saat menonton kupu-kupu segar menetas dari kepompong dan mengeringkan sayapnya menjelma bagaikan permata terbang. Tentu, persyaratan menjadi penangkar kupu-kupu akan berbeda dengan persyaratan menjadi peternak hewan besar. Walaupun pekerjaannya dapat dianggap ringan – seratus ekor ulat hanya seberat sebuah jeruk – namun memerlukan tingkat ketelitian/ketekunan yang luar biasa untuk menguasi ilmu penangkaran sehingga menjadi penangkar kupu-kupu yang berhasil dan sukses.
Prasana
khusus untuk penangkaran memang ada, dan akan digambarkan secara
lengkap dalam buku pedoman ini, namun semua alat dapat diperoleh dengan
mudah di tingkat pedesaan, dan peminat bisa mulai dari tingkat hobi
sebelum masuk kelas “profesional”. Bahkan penangkar kupu-kupu kecilpun
tak akan kalah dengan pengusaha kupu-kupu besar jika teliti dan rapi
dalam pelaksanaannya.
Sebelum
mulai, perlu dijelaskan kegunaan kupu-kupu, yang pada dasarnya ada dua.
Yang pertama yaitu sebagai kupu-kupu mati yang kemudian diopset
(diawetkan) untuk menjadi bahan hiasan jenis bingkisan dan segalanya,
atau sebagai obyek bagi pakar atau pemuda yang gemari mengoleksi
kupu-kupu. Walaupun sebagian besar kupu-kupu untuk kebutuhan ini
disediakan melalui penangkapan di alam, namun kupu-kupu yang berasal
dari penangkaran akan lebih baik dan mulus serta harga ditentukannya
lebih tinggi.
Pasaran
yang kedua adalah sebagai kupu-kupu hidup. Seperti halnya dengan burung
yang dipelihara dikandang sebagai obyek wisata, kupu-kupu hidup dilepas
terbang bebas dalam kandang agar ditonton para tamu, terbang secara
alami. Fase kupu-kupu yang diperdagangkan di pasaran ini adalah fase
kepompong, dimana kupu-kupu dapat dikirim ke Taman Kupu-kupu tujuannya
sambil beristirihat. Tujuan utama penjualan kepompong ini adalah Eropa
dan Amerika Serikat, tetapi adapun Taman Kupu-kupu di Singapura, Penang,
dan sekarang telah terdapat pula di Tabanan Bali, serta Taman Mini
Indonesia Indah.
Walapun
demikian, perlu diingat bahwa jalur penjualan kupu-kupu tidak seluas
jalur pemasaran kambing atau sapi, misalnya, dan disarankan dicari jalur
pemasaran selanjutnya sebelum mulai menangkarkan.
Sampai
kini pengetahuan tentang kehidupan kupu-kupu masih terbatas, sehingga
yang digambarkan dalam buku pedoman ini dianggap pengenalan saja. Kalau
berminat, silahkan coba saja!
DAUR HIDUP
Sebelum
mulai bersangkar, perlu kita pelajari beberapa hal dasar tentang
kupu-kupu. Kuncinya adalah pengertian tentang daur hidup kupu-kupu,
seperti digambarkan dalam Kotak Informasi 1. Yang nampak dengan jelas
adalah perbedaan antara anakan (ulat atau 1arva) dengan kupu-kupu
dewasa: sang ulat berbentuk bulat lonjong, dengan mata dan kaki
sederhana saja; sedangkan sang kupu-kupu dewasa badannya dibagi menjadi
tiga bagian: kepala mempunyai mata majemuk, antena, dan lidah panjang;
toraks mempunyai enam kaki, dan dua pasang sayap; dan abdomen mempunyai
alat kelamin. Perubahan yang terjadi dari ulat sehingga dapat menjadi
kupu-kupu disebut metamorfosis sempurna, dan berlangsung selama fase
kepompong. Hal ini berbeda dengan metamorfosa tak sempurna (bertahap)
dimana anakan selalu mirip serangga dewasa, seperti terjadi pada
binatang jangkrik dan belalang.
Telur
Umumnya
betina meletakkan telur pada daun pakan ulatnya, atau di dekatnya.
Bentuk telur tergantung pada suku kupu-kupu – ada yang bulat, memanjang,
berbentuk botol, atau keriput. Setelah sekitar 4-5 hari, menetaslah
telur dan keluar seekor ulat yang kemudian makan cangkang telur yang
bergizi.
Kepompong
Bentuk
kepompong tergantung pada jenis kupu-kupu, namun berbagai suku
mempunyai ciri khas dan dapat dibedakan (lihat Kotak Informasi 3). Dalam
kepompong terjadilah metamorfosa sempurna, sehingga organ tubuh
berkembang dan sayap terbentuk. Masa kepompong juga tergantung pada
jenis dan cuaca – dimana jenis yang lebih kecil lebih cepat matang dan
lebih cepat menetas di daerah yang lebih panas.
Setelah
beberapa waktu (7-30 hari, tergantung jenis kupu-kupu), kulit kepompong
akan beruba warnanya, dan kelihatan kupu-kupu terbentuk didalamnya.
Biasanya pada pagi hari, kulit kepompong akan robek, dan kupu-kupu
dewasa akan keluar.
Kupu-kupu dewasa
Kupu-kupu
yang baru menetas akan tetap menggantung dan menunggu sayapnya
merentang dan mengeras, dan sementara itu akan membuang kotoran cair
Ketika sayapnya sudah keras, ia akan mengepakkannya dan terbang menuju
dunia luas. Sayap kupu-kupu dilapisi dengan sisik-sisik kecil, yang
kelihatan seperti serbuk jika disentuh. Sisik-sisik ini yang memberikan
nama kupu-kupu dalam bahasa Latin - Lepidoptera, yang artinya sayap bersisik.
Kupu-kupu dewasa mempunya lidah (proboscis)
yang tergulung dibawah kepala. Karena berbentuk sedotan, lidah cuma
dapat dipakai untuk mengisap cairan-cairan – umumnya nektar dari bunga.
Selain nektar, kupu-kupu jantan dan betina dapat mengisap sari buah dan
getah pohon; sang jantan juga mencari zat garam untuk kebutuhan
perkawinan – sumbernya yaitu becek, beton basah, air kencing, maupun
bangkai dan kotoran lainnya.
Kupu-kupu
dewasa adalah tahap menghasilkan keturunan. Kupu-kupu betina bisa
langsung kawin begitu menetas dari kepompong, sedangkan yang jantan
biasanya membutuhkan waktu lebih dari tiga hari untuk persiapan. Dalam
perkawinan jantan dan betina berpasangan selama berapa jam. Dua atau
tiga hari berikutnya yang betina dapat bertelur. Jumlah telur yang ia
letakkan bervariasi tergantung jenis – untuk kupu-kupu besar seperti Ornithoptera
biasanya satu-dua butir, namun jenis-jenis lain bisa sampai 30 butir
per hari. Jumlah total telur bisa mencapai ratusan butir selama masa
hidupnya sang betina, yang mana bervariasi antara 10 hari sampai dengan 2
bulan.
POLA-POLA PENANGKARAN
Kupu-kupu
adalah satwa liar, dimana sumbernya adalah lingkungan alam tertentu.
Untung di alam terdapat banyak pemangsa dan hama. Kenapa? Misalkan tiap
induk dapat bertelur sebanyak 200 telur di alam; kalau semua ulat jadi
kupu-kupu penglihatan kita jarak pendek saja karena terhalang oleh
awan-awan kupu-kupu! Sekarang kita sadar bahwa dua hal paling pokok
dalam upaya penangkaran adalah PEMBERIAN PAKAN INANG dan PENCEGAHAN HAMA
DAN PENYAKIT.
Persedian induk
Upaya
penangkaran membutuhkan persediaan telur yang subur dan sehat dalam
jumlah banyak. Kadang-kadang kita ketemu suatu ekor kupu-kupu yang
sedang bertelur kemudian telur dapat dikumpulkan selama beberapa hari di
tumbuhan yang sama. Namun, untuk memperoleh telur dalam jumlah yang
lebih menentu kita harus memelihara beberapa induk betina sebagai sumber
telur.
Salah
satu sumber betina adalah dari alam. Kupu-kupu dapat ditangkap dengan
mengunakan jaring besar yang dibuat dari kain kasar yang paling halus,
atau kain kelambu. Betina dapat ditangkap dekat bunga-bunga yang
dikunjunginya, atau pada saat bertelur. Kupu-kupu yang diketemui sedang
mengisap air becek di sungai selalu kupu-kupu jantan, yang tentu tidak
akan bertelur. Setelah ditangkap, kupu-kupu dimasukkan ke dalam amplop
dengan seksama, agar perutnya tidak tertindis; amplop cukup ketat
sehingga sayapnya tidak rusak akibat gerakan kupu-kupu. Supaya kupu-kupu
lebih tahan di wilayah yang panas, sepotong kapas yang dibasahi air
dapat ditaruh da1am amplop. Seketika tiba kembali di penangkaran
kupu-kupu dilepas, yang lemah dapat diberikan air gula .
Betina
sehat yang ditangkap di alam biasanya bunting; hal ini kelihatan dari
perut yang bengkak. Jika kita peroleh induk betina dari hasil penetasan
kepompong dia perlu kawin sebelum bertelur supaya te1urnya subur. Untuk
itu diusahakan jumlah jantan dan betina dikandang berseimbang – kalau
kelebihan jantan baru betina-4etina yang ada akan dikejar terus sehingga
stress dan tidak bertelur banyak. Betina yang lebih jinak akan
dihasilkan dari penetasan kepompong karya penangkar sendiri.
Seperti
dijelaskan di atas, keturunan kupu-kupu yang sudah ditangkar dapat
berfungsi sebagai induk juga; jika demikian kita harus waspada menjaga
tidak terjadi masalah lemah genetika. Kupu-kupu yang sering ’kawin
dalam’ (dengan saudaranya sendiri) akan lemah, kecil, dan mudah kena
penyakit. Untuk mencegah tidak terjadi demikian, diusahakan agar sering
dimasukkan stock induk baru berupa betina ataupun jantan yang ditangkap
dari alam.
Bisa
juga dilakukan kawin buatan. Dalam teknik ini kelamin dari jantan dan
betina digosok satu sama lain sampai kelamin melekat, kemudian kupu-kupu
sepasang dibiarkan bersambung selama beberapa jam sampai perkawinan
selesai. Kadang-kadang bisa mempermudahkan proses ini jika kelamin
betina dikorek kuku dulu agar lebih terangsang. Teknik kawin buatan ini
biasanya dipakai dalam upaya menghasilkan kawin silang antara dua jenis
yang berbeda, terutama kupu-kupu besar dari keluarga Papilio atau Troides.
Selain penangkapan kupu-kupu dewasa, kita juga dapat memanfaatkan telur, ulat, dan kepompong dari alam sebagai sumber induk.
Fase Ulat
Fase
ulat adalah fase pertumbuhan, dimana badannya dapat berkembang sebanyak
200 kali sejak menetas dari telur sampai masuk fase kepompong. Karena
diletakan pada pakannya langsung, ulat tidak perlu berjalan jauh, cukup
melekat pada daun dan batang pakan inang dengan mengunakan kaki
sederhana dan kaki semu. Rahang ulat yang keras dipakai untuk mengunyah
daun pakannya, dan sebagian besar isi badannya terdiri dari usus.
Makanannya adalah daun tumbuhan yang spesifik bagi tiap jenis kupu-kupu,
dan ulat-ulat tidak akan makan sembarang daun.
Selama
masa berkembangnya, ulat akan mengganti kulitnya empat kali, kulit
bekas akan dimakan karena mangandung zat-zat penting. Tiap tingkat
pertumbuhan.dinamakan instar.
Lamanya
fase ulat sangat tergantung pada jenis kupu-kupu, serta cuaca; berkisar
antara 7- 40 hari atau lebih. Setelah cukup besar, ulat akan mencari
tempat yang aman untuk beristirihat, dan akan mengantungkan diri
menggunakan beberapa benang sutera, kemudian mengganti kulit menjadi
kepompong (krysalis/pupa).
Pengelolaan telur
Adapun beberapa cara memperoleh telur dari kupu-kupu betina yang bunting.
Secara
alami – dimana kupu-kupu dilepaskan ke dalam kandang agar dia bisa
terbang, minum, dan bertelur seperti di alam. Pada prinsipnya kandang
yang semakin besar semakin baik, tetapi kandang berukuran 5 meter
panjang, 3 meter lebar, dan 2,5-3 meter tinggi akan cukup bagai
kebanyakan jenis kupu-kupu. Tiang kandang dibuat dari pipa, kayu balok,
atau kayu bulat. Bahan dinding yang terbaik adalah kain khasar hitam
seperti umum dipakai petani untuk jemur coklat, atau peternak ikan. Kain
ini akan tahan tiga tahun atau lebih, dibandingkan dengan kawat yang
tidak akan tahan sampai dua tahun, dan lagi mahal.
Isi
kandang ditanami pohon sampai suasana rimbun, dengan adanya banyak
bunga sebagai tempat isap kupu-kupu dewasa. Bunga yang cocok adalah
kumis kucing (Orthosiphon sp), Tembelekan (Lantana camara),dll.
Penting sekali ada sumber air dekat karena kupu- kupu akan lebih tahan
jika kandang tetap lembab – sebaiknya kandang disiram sekali sehari.
Letak
kandang sebaiknya supaya kandang kena matahari pada pagi hari, tetapi
ada juga tempat sombar menjelma panas siang; tidak kena angin keras; dan
tidak dapat dicemari pestisida. Untuk mencegah masalah hama usahakan
tidak ada celah supaya tikus, kadal, dan cicak tidak bisa masuk dan
hindari tempat banyak semut merah (’laga’). Di perusahan penangkaran
kupu-kupu besar, dasar kandang dilantai beton, dengan ada parit air
sekililingnya untuk menghindari serangan semut. Bagi penangkar tingkat
desa bangunan seperti ini hanya akan merepotkan dan sangat mahal.
Sang
betina biasannya meletakkan telur pagi atau sore hari langsung pada
tumbuhan pakan inang yang lunak atau segar. Agar mudah mengumpulkan
telurnya nanti, sebaiknya ditnaruh satu pohon tumbuhan saja; pohon ini
dapat disediakan dalam polibag atau ditanam langsung. Jika kupu-kupu
tidak bertelur pada pohon teresbut, dapat dicoba di beberapa tempat,
ataupun diangkat lebih tinggi, sampai diketemukan kesukaan kupu-kupu
yang diminati. Dalam keadaan begini, diusahakan kumpulkan semua telur
minimal dua kali sehari untuk mengurangi serangan parasit. Kalau ada
waktu, paling baik tiap tiga jam.
Kadang-kadang
kita akan ketemu kupu-kupu yang tidak suka bertelur di kandang biarpun
sudah berapa ekor diuji. Ada dua cara untuk mengatasi masalah ini. Induk
dapat disimpan ke dalam jaringan kecil yang penuh dengan
potongan-potongan daun pakan inang sehingga terpaksa dia injak-injak
daun tersebut dan terangsang untuk bertelur. Lebih baik lagi simpan
beberapa ekor induk yang akan saling menganggu sehingga lebih sering
injak pakan inang dan upaya kita lebih berhasil. Satu cara yang mirip
adalah jika induk bersama sepotong daun inang ditutup dalam tas plastik
bening. Dalam kedua kasus ini, induk betina mesti diberikan minumnn
tambahan berupa air gula (lihat Kotak Informasi X) dua kali sehari.
Telur
yang diperoleh boleh diambil sendiri-sendiri atau bersama dengan
sepotong daun dimana telur diletakkan. Kemudian dapat disimpan dalam
kotak keci1, dan simpan ditempat yang aman dari gangguan semut atau hama
lain, dan tidak kena ca4aya mata4ari langsung. Ketika ulat menetas
setelah 5-12 hari berikan waktu untuk makan kulit telurnya, kemudian
dapat diangkat secara seksama dengan memakai kuas halus, atau sepotong
daun inang yang lunak.
Pemeliharaan ulat (larva)
Dasar
pemeliharaan ulat selanjutnya yaitu memberikan pakan berupa daun inang
yang segar dalam jumlah yang cukup, menjamin kebersihan dan kesehatan,
dan menjaga agar tidak terjadi serangan hama yang dapat menghabisi
ulat-ulat peliharaan. Dibawah ini digambarkan beberapa cara untuk
memelihara ulat, yang dapat disesuaikan 6engan kebutuhan masing-masing
jenis kupu-kupu yang ditangkar.
I Alamiah
Dimana
tidak terdapat banyak hama atau parasit ulat kupu-kupu, cukup ditanam
pakan inang seoara berkelebihan di halaman rumah peternak atau dalam
kandangnya. Sumber telur adalah induk kupu-kupu yang ada di lingkungan
sekitar, atau yang terbang bebas di dalam kandang. Kegiatan peternak
yaitu pengamatan secara periodik untuk mengatasi masalah-masalah yang
munoul, kemudian mengambil kepompong ketika suda4 siap dipanen.
Teknik
penangkaran tanpa sangkar ini, yang sering disebut ’ranching’, kurang
cocok untuk kebutuhan kepompong hidup karena bisa terjadi infeksi dengan
parasit, tetapi lebih baik bagi upaya kupu-kupu mati (spesimen).
II Pembungkus Semi Alamiah
Cara
paling sederhana untuk menghindari serangan hama dan parasit yang ganas
itu, adalah jikalau sepotong pohon pakan inang dibungkus dengan kain
khasa yang halus (XX lubang per senti). Berbentuk sarung, satu ujungnya
diikat ketat pada cabang pohon kemudian ujung lainnya diikat setelah
ulat diletakkan ke dalamnya. Jumlah ulat tidak perlu banyak, cukup 10 –
20 ekor, sesuai dengan jumlah daun yang tersedia. Tiap 4erapa hari kain
dapat dibuka untuk membuang kotoran ulat yang terkumpul. Untuk
menghindari hama, sebaiknya daun-daun diperikisa sebelum dibungkus dan
dibersihkan dari pemangsa seperti laba-1aba atau semut. Jika bagian
cabang pohon dibawah bungkusan dicet dengan oli bekas atau lem tikus,
maka semut tidak akan menganggu.
III Pot Pembungkus
Dengan
cara ini, tumbuhan yang telah disediakan dalam koker atau pot dibungkus
dengan kain halus. Sebaiknya kain tidak menyentuh tumbuhan di dalamnya,
karena gigitan tikus dan kadal dapat tembus! Pot yang dibungkus bisa
berdiri dalam bak air atau oli untuk mencegah serangan semut, ataupun
digantung untuk menghemat tempat.
Sama
hal dengan cara diatas, sebaiknya ulat tidak terlalu padat. Kalau
persediaan daun akan habis, ulat bisa dipindahkan ke pot baru, yang
kemudian dibungkus lagi. Keuntungan dengan memakai kedua cara tersebut
diatas yaitu penangkar tidak terlalu repot menyediakan daun segar, namun
persediaay tumbuhan dalam pot harus cukup banyak.
IV Kotak Pemeliharaan
Pola
penangkaran ini lebih intensif, dan perlu lebih banyak perhatian
penangkar. Pakan ulat berupa kokeran atau potongan-potongan daun
diletakkan dalam kotak pemeliharaan, kemudian dimasukkan ulat. Daun yang
disediakan harus segar, bersih, dan bebas dari hama. Jika ranting
ditancap ke dalam air daun akan lebih tahan, namun perlu dicegah agar
ulat tidak turun dan tenggelam di dalam air. Daun yang layuh perlu
diganti, biasanya sekali sehari, agar ulat selalu dapat makanan yang
segar; kalau hal ini tidak diperhatikan ulat akan kelaparan sehingga
kepompong yang dihasilkan kerdil dan tidak laku dijua1.
Dasar
kotak sebaiknya dilapisi dengan kertas koran, agar kotoran keras dan
encer dapat dibuang tiap hari. Bagaimanapun, kebersihan harus diutamakan
demi upaya mencegah penyakit virus atau bakteri. Setiap selasai
dipelihara satu generasi, sebaiknya kotak dikosongkan, kemudian dicuci
dengan larutan pemutih (Bayklin).
Kotak
pemiliharaan ini tidak boleh kena sinar matahari 1angsung. Kalau
terlalu panas bisa dispoit embun air bersih dengan memakai sprayer yang khusus (jangan yang bekas dipakai untuk pestisida!) asal ulat tidak disiram basah-basah.
Kentungan
memakai sistem ini adalah bahwa pakan dapat diambil dari alam jika
belum cukup persediaan peternak sendiri; kerugiannya adalah menyita
waktu untuk penggantian daun tiap hari. Tidak semua jenis ulat bisa
terima pakan yang dipotong.
V Kotak Plastik
Jika
sepotong daun diletakkan ke dalam kotak plastik yang kemudian ditutup
rapat, daun itu akan tahan segar beberapa hari. Hal ini dapat
dimanfaatkan jika diisi pula satu atau beberapa ekor ulat, yang kemudian
cuma perlu perhatian jika daun sudah mulai habis. Kebersihan sangat
penting – dasar kotak harus dialas dengan kertas tisu atau kertas koran
untuk menyerap kelembaban, dnn kertas diganti tiap hari. Suatu para-para
kecil dapat berfungsi untuk mengangkat ulat dari dasar kotak sehingga
tidak kena kotoran yang ada. Penting sekali kotak plastik tidak ditaruh
di cahaya mata hari karena ulat akan cepat mati kepanasan.
Tidak
semua jenis dapat ditangkar dengan perilaku ini, namun polanya dapat
dijadikan pedoman dalam upaya mengamati perkembangan ulat bagi kupu-kupu
yang baru ditemukan, dan pakannya sangat terbatas. Bermanfaat juga bagi
ulat yang baru menetas, dirawat sampai cukup besar untuk terima
perilaku lainnya.
Masa Kepompong
Ulat
yang sudah cukup besar akan merubah menjadi kepompong. Ulat tersebut
akan berhenti makan beberapa waktu, kemudian berjalan sekeliling
kandangnya mencari tempat cocok untuk bergantung. Untuk itu dapat
disediakan potongan ranting-ranting. Cara mengantung yaitu dengan ikatan
sutra pada ujung pantat, dan juga ikatan dada untuk ulat jenis Papilionidae.
Setelah
bergantung 1-2 hari, ulat untuk terakhir kali ganti kulit menjadi
kepompong. Kepompong dibiarkan mengeras beberapa waktu, kemudian dapat
dipetik. Bukan semua kepompong akan jadi sempurna: kepompong yang baik
adalah yang besar, segar, dengan warna baik; kepompong yang hidup bisa
bergerak kalau dikorek. Kepompong yang tidak baik adalah yang kerdil,
bernoda hitam, mengeluarkan cairan, luka atau bengkok, berbau, berjamur,
atau memanjang perut. Peternak sendiri dengan cepat dapat mengetahui
hal ini jika melakukan penetasan pada kepompong yang dihasilkan.
Dapat disaksikan bahwa warna kepompong jenis Papilio
bervariasi antara hijau dan coklat. Hal ini bukan dampak kelamin atau
jenis, malahan tergantung pada posisi letak kepompong – jika pada bahan
yang halus kepompong akan hijau, jika pada bahan yang kasar maka coklat
kepompongnya.
Kamis, 05 September 2013
KUPU-KUPU GAJAH PENGHASIL SUTERA BERKUALITAS TINGGI UNTUK KIMONO
Kupu-Kupu Gajah demikian hewan ini sering disebut, walaupun aslinya bukan dari jenis kupu-kupu tetapi dari jenis Ngengat, tapi biarlah kita sebut kupu gajah biar gampang. Nama ilmiahnya adalah Attacus atlas mengingat motif sayapnya mirip peta dunia.
Dari sisi ukuran memang relatif lebih besar dibandingkan kupu-kupu pada umumnya makanya disebut kupu gajah. Diameter sayapnya sekitar 15 – 20 cm, dan kupu gajah ini sering muncul di musim-musim tertentu . Siklus hidup Kupu Gajah berlangsung selama 90-115 hari, dan merupakan serangga polyvoltin, yaitu serangga yang dapat hidup lebih dari 2 generasi dalam setahun, sehingga serangga ini ada sepanjang tahun. Waktu di mana serangga ini paling banyak ditemukan adalah antara bulan November hingga Januari.
Ulat dikenal dengan ulat keket dan ngengatnya disebut dengan kupu gajah. Pohon inangnya adalah sirsak, jambu biji, mahoni, keben dan alpukat. Ukuran kokon Attacus atlas sekitar 3 – 6 ukuran kokon murbey dengan lapisan tebal dan keras. Ulat keket ini berwarna hijau muda tidak berbulu, relatif tidak menjijikan sehingga sejak dulu tidak pernah dibasmi, apalagi warna kupunya juga indah.
Kepompong Kupu Gajah telah dimanfaatkan untuk menghasilkan serat sutra. Kelebihan dari serat sutra Kupu Gajah dibandingkan serat sutra pada umumnya adalah ukuran serat yang cukup panjang (mencapai 2500 meter per kepompong), kuat, lembut, tidak mudah kusut, tahan panas, tidak menimbulkan alergi, dan memiliki warna alami yang bervariasi, mulai dari coklat muda, coklat tua, dan keabu-abuan.
MAKANAN
Untuk Budidaya Makanan ulat yang digunakan berupa daun keben (Baringtonia asiatica Kurtz); Sirsak (Annona muricata Linn), dadap (Erytrina lithosperma Mig) dan gempol (Nauclea orientalis Linn). Senyawa kimia berupa metabolit sekunder dari tumbuhan-tumbuhan tersebutlah yang diperkirakan mempengaruhi kesukaan ulat pada daunnya.
Pasar tradisional Sutera Kupu Gajah adalah Jepang. Kokon (Kepompong) ini disebut juga kokon emas karena warnanya keemasan. Kokon emas digunakan sebagai bahan dasar produk produk eklusif Jepang berupa kimono dan aksesories pendukungnya.
Jika anda mau
Dari sisi ukuran memang relatif lebih besar dibandingkan kupu-kupu pada umumnya makanya disebut kupu gajah. Diameter sayapnya sekitar 15 – 20 cm, dan kupu gajah ini sering muncul di musim-musim tertentu . Siklus hidup Kupu Gajah berlangsung selama 90-115 hari, dan merupakan serangga polyvoltin, yaitu serangga yang dapat hidup lebih dari 2 generasi dalam setahun, sehingga serangga ini ada sepanjang tahun. Waktu di mana serangga ini paling banyak ditemukan adalah antara bulan November hingga Januari.
Ulat dikenal dengan ulat keket dan ngengatnya disebut dengan kupu gajah. Pohon inangnya adalah sirsak, jambu biji, mahoni, keben dan alpukat. Ukuran kokon Attacus atlas sekitar 3 – 6 ukuran kokon murbey dengan lapisan tebal dan keras. Ulat keket ini berwarna hijau muda tidak berbulu, relatif tidak menjijikan sehingga sejak dulu tidak pernah dibasmi, apalagi warna kupunya juga indah.
Kepompong Kupu Gajah telah dimanfaatkan untuk menghasilkan serat sutra. Kelebihan dari serat sutra Kupu Gajah dibandingkan serat sutra pada umumnya adalah ukuran serat yang cukup panjang (mencapai 2500 meter per kepompong), kuat, lembut, tidak mudah kusut, tahan panas, tidak menimbulkan alergi, dan memiliki warna alami yang bervariasi, mulai dari coklat muda, coklat tua, dan keabu-abuan.
MAKANAN
Untuk Budidaya Makanan ulat yang digunakan berupa daun keben (Baringtonia asiatica Kurtz); Sirsak (Annona muricata Linn), dadap (Erytrina lithosperma Mig) dan gempol (Nauclea orientalis Linn). Senyawa kimia berupa metabolit sekunder dari tumbuhan-tumbuhan tersebutlah yang diperkirakan mempengaruhi kesukaan ulat pada daunnya.
Pasar tradisional Sutera Kupu Gajah adalah Jepang. Kokon (Kepompong) ini disebut juga kokon emas karena warnanya keemasan. Kokon emas digunakan sebagai bahan dasar produk produk eklusif Jepang berupa kimono dan aksesories pendukungnya.
Jika anda mau
Langganan:
Postingan (Atom)