Produksi sarang walet anda tidak meningkat karena invetasi membuat sarang walet lumayan tinggi. Hal ini bisa diatasi dengan penggunaan styrofoam yang di tempelkan pada dinding rumah walet anda. Peternak walet di Sedayu, Gresik, Jawa Timur menggunakan potongan styrofoam untuk mengatrol produksi sarang membuahkan hasil.
Styrofoam (gabus) yang berukuran (7 x 4 x 2) cm dilumuri air cucian sarang, lalu
dipasang disirip sebanyak 15-20 buah/meter persegi dalam waktu 5 bulan
dapat meningkatkan populasi walet hingga 30%, cukup lumayan bukan?
Dari uji coba yang dilakukan selama 3 tahun, pemasangan styrofoam bisa
mendongkrak produksi sarang hingga 30%. Dua puluh persen berasal dari
walet lama yang menghuni rumah, sisanya 10% walet tetangga. Awal
percobaan agak sulit mendeteksi asal sarng, berasal dari penghuni baru
atau walet lama yang berpindah ruang. Namun, kenyataan menunjukkan,
setiap kenaikan populasi di satu ruang diiringi penurunan di ruang lain.
1. Populasi Meningkat
Ternyata setiap ruang yang diberi styrofoam rajin disambangi walet.
Strrofoam berguna sebagai wadah dan penopang sarang. Menurut seorang
praktisi walet di Jakarta, styrofoam mempermudah walet membuat sarang,
terutama pada walet muda yang sedang belajar membuat sarang.
Styrofoam juga membuat walet tetangga tertarik datang. Pada tahun
pertama percobaan percobaan, di ruangan 3 m x 3 m dipasang styrofoam
sebanyak 15-20 buah/meter persegi. Selain itu dipasang juga potongan
kayu berukuran 7 cm x 4 cm x 2 cm. Jaraknya 7 cm dari styrofoam kemudian
dipasang secara acak pada sirip.
Hasilnya, tahun pertama muncul 24 sarang kemudian meningkat 33%
dibanding sebelumnya yang hanya 8 sarang. Pada tahun ketiga jumlahnya
meningkat lagi menjadi 24 sarang setelah 1 kali tetasan. Sementara
potongan kayu yang tidak efeektif, hanya beberapa walet yang bersarang
disana. Jika tanpa styrofoam, jumlah sarang cenderung menurun 12,5%.
Percobaan lain yang dilakukan diriang 9 m x 3 m mendapati kenaikan
jumlah sarang yang signifikan. Tanpa styrofoam dan kayu pada tahun
pertama hanya memperoleh 10 sarang. Saat memakai styrofoam dan kayu,
jumlah sarang meningkat drastis menjadi 46 sarang setelah lewat 2 kali
tetasan.
2. Anakan Tidak Kabur
Selain meningkatkan produksi sarang, styrofoam juga menambah populasi si
liur emas. Populasi walet dan sarang meningkat setelah dua kali
tetasan. Panen dilakukan 8 bukan setelah tetasan terakhir itu. Pada
periode pertama tetasan, anak walet menempati sarang sarang yang dibuat
induk sehingga sarang diisi 4 walet diantaranya induk jantan, induk
betina, dan 2 anak hasil tetasan.
Agar kelak piyik tidak menggunakan sarang induk sebagai tempat berdiam,
kayu dan styrofoam dipasang disekitar sarang induk. Fasilitas itu
diberikan karena anak walet seringkali merebut sarang induk yang membuat
induk tidak mau lagi bersarang. Hadirnya styrofoam dan kayu membantu
walet muda berkreasi membuat sarang.
Untuk itu pasang kayu dan styrofoam di lagur, berjarak 7 cm dari sarang
induk. Saat piyik matang kelamin, berumur sekitar 8 bulan ia sudah mampu
membuat sarang di styrofoam dan kayu. Namun, jika piyik-piyik itu belum
matang kelamin sudah ada sarang didekat sarang induk, itu dipastikan
berasal dari penghuni baru atau penghuni lama yang berpindah tempat.
Supaya anakan tidak kabur, panen sarang dilakukan setelah melewati 2
kali tetasan. Bila satu kalli tetasan sarang induk sudah diambil,
dikhawatirkan walet muda yang sedang belajar terbang atau mencengkeram
tidak bisa mengenali induknya. Karena merasa asing, walet akan mudah
kabur sehingga tidak terjadi regenerasi.
3. Rusak
Styrofoam dapat rusak dan berluubang saat walet berpijak, solusinya
dibutuhkan styrofoam yang tebal. Selan tidak cepat sobek, styrofooam
mampu menopang sarang
bagus sih, tapi alangkah kalau ada foto gedung yang dipasangi styrofoam.
BalasHapus