Rabu, 24 Juli 2013

ENTOK UNGGAS TAHAN BANTING YANG MENJANJIKAN

Entok atau Mentok atau nama lainnya Itik Manila / Itik Serati, biasa kita lihat di kampung-kampung dilepas begitu saja. Entok ini bukanlah asli dari Indonesia tapi asli dari Benua Amerika tropis.  Nama species entok adalah Cairina moschata, di luar negeri entok biasa disebut Muscovy Duck. Jika anda penggemar bulu tangkis nah shuttle cock itu terbuat dari bulu entok jantan.

Entok diintroduksi ke Indonesia sejarahnya dibawa oleh bangsa Portugis. Dan orang yang pertama mengintroduksi Muscovy Duck dari benua Amerika ke Asia adalah bangsa Portugis. Mereka membawanya ke Manila (Filipina).  Baru kemudian Belanda mengintroduksi itik ini ke Indonesia (Hindia Belada), dari Manila. Itulah sebabnya entok ini juga populer dengan sebutan itik manila padahal cuma mampir dari negeri asalnya. 
Meskipun entok atau itik Muscovy merupakan burung tropis, namun netok ini mampu beradaptasi dengan baik untuk iklim dingin, dan bisa berkembang biak dalam cuaca sedingin minus 12 ° C dan mampu bertahan hidup dalam kondisi lebih dingin. Itik atau Entok dalam dunia kuliner dikenal dengan Barbary Duck adalah istilah yang digunakan untuk Cairina moschata.

Di Jawa, itik manila mempunyai tiga fungsi ekonomis sekaligus. Pertama sebagai unggas penghasil daging. Di banyak desa di Jawa, memotong entok pada hari raya atau hajatan, dianggap lebih prestisius dibanding dengan memotong ayam. Sebab harga entok jantan, jauh lebih tinggi dibanding dengan harga ayam jago. Entok jantan bobot 1 kg yang bulunya belum tumbuh sempurna, sering dipotong dan dimasak opor. Meskipun di kalangan masyarakat tertentu daging entok sangat disukai, namun sebagian masyarakat kita tidak tidak menyukainya. Alasannya, daging entok lebih amis dibanding dengan daging itik biasa.
Bau amis ini sebenarnya mudah sekali dihilangkan dengan merendamnya 10 menit dalam larutan jeruk nipis, cuka  dan garam.

Entok biasanya digunakan sebagai penetas untuk telur bebek, karena daya tampungnya cukup besar dibanding ayam. Di Bali dan Kalimantan Selatan, telur itik ditetaskan dengan keranjang berisi sekam. Meskipun mesin tetas listrik kapasitas besar sudah banyak dioperasikan, peternak di Bali dan Kalsel masih tetap menggunakan keranjang dan sekam untuk menetaskan telur itik. Di pedalaman Jawa, juga masih banyak peternak yang menetaskan telur itik biasa dengan dititipkan ke entok. Meskipun ada perbedaan jangka waktu penetasan antara ayam, itik biasa dan entok. Ayam mengerami telur selama 21 hari. Itik biasa 28 hari, sementara entok lebih lama yaitu 35 hari.

Selain beberapa kelebihan ekonomis tadi, entok juga terkenal bendel terhadap penyakit. Kalau itik biasa sudah dikenal bandel terhadap penyakit unggas, maka entok jauh lebih bendel lagi. Pola peternakan entok sebagai penghasil daging, bahan shuttle-cock dan penetas telur, merupakan sesuatu yang alami.
Pakan entok juga hanya biji-bijian dan umbi-umbian, dengan sesekali diseling serangga dan limbah ikan. Masyarakat pedesaan hanya memelihara unggas ini dengan pakan dedak, nasi sisa dan selanjutnya diliarkan untuk merumput, mencari serangga dan cacing.
Pola peternakan yang alami ini merupakan salah satu jawaban atas wabah flu burung yang melanda dunia perunggasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar