Jika bicara ulat sutera, ulat dari jenis Bombyx mori yang makan daun murbei, mungkin terlebih dahulu dikenal sebagai penghasil benang sutera. Berkat adanya pencarian orang jepang akan benang sutera emas yang sudah lama hilang di Jepang, kini mulai dikembangkan ulat sutra alam dari jenis Cricula trinfenestrata yang secara alami banyak dijumpai di Indonesia.
Ulat sutera emas Cricula dikategorikan sebagai ulat sutera liar.
Kokonnya bisa dimanfaatkan untuk pembuatan benang sutera dengan warna
keemasan yang elegan. Itulah sebabnya, Cricula disebut pula ulat sutra emas. Selain
itu, kokonnya merupakan bahan baku utama Kimono Jepang dan juga untuk pembuatan aneka aksesori yang
indah dan eksotis.
Secara alami, ulat sutera emas cricula ini mudah ditemukan di daerah
yang banyak memiliki tanaman jambu mete. Ulat Cricula merupakan hama utama pada tanaman jambu mete. Munaan
(1986), mengatakan bila jambu mete kehilangan daun sampai 50 % akibat
serangan Cricula, jumlah putik jambu mete menurun 37 %, tetapi bila
kehilangan daun sampai 100% atau gundul, tanaman tidak akan menghasilkan
putik dan kondisinya baru akan pulih 18 bulan kemudian.
Tak heran bila ulat tersebut menjadi hama utama di perkebunan jambu
mete. Pada tanaman jambu mete, ulat biasanya muncul pada awal musim
hujan. Ketika populasi ulat sangat tinggi, mereka mampu memakan habis
seluruh daun tanaman. Pohon menjadi gundul dan tersisa hanya ranting
serta tulang-tulang daun, tetapi tanaman tidak mati.
Kokon itulah yang diambil untuk diproses lebih lanjut sebagai bahan baku
pemintalan benang sutra emas. Kokon memiliki struktur yang terdiri atas
serabut serat, kulit kokon yang menghasilkan benang sutra, dan kulit
kepompong. Bagian yang diambil dan diolah lebih lanjut dalam pemintalan
benang adalah kulit kokon.
Dengan demikian, Cricula pada fase kepompong yang membentuk kokon
menjadi sumber daya yang bisa dimanfaatkan lebih lanjut untuk pembuatan
benang sutra emas atau perhiasan/aksesori dengan bahan baku utama dari
kokon tersebut.
Benang Sutera Emas
Kokon yang dipanen dari alam, sebaiknya yang sudah keluar ngengatnya,
sehingga terjaga kelestariannya. Jika ujung kokon terbuka, berarti
ngengat sudah keluar. Jika ujung kokon rapat, berarti ngengat masih
dalam kepompong. Kokon yang dipanen dibersihkan dari ranting, tulang
daun, atau daun tersebut, sehingga kualitas benang sutra yang dihasilkan
bagus.
Pekerjaan berikutnya adalah membuang cangkang kepompong yang berada di
dalam kokon dengan menggunakan gunting atau cutter. Jangan menyobek
dengan jari tangan karena akan lebih banyak merusak serat sutra.
Kokon yang sudah bersih, dikumpulkan dan diurai terlebih dahulu dengan
cara direbus. Perebusan ini akan melarutkan serisin yang merupakan
penyusun lapisan luar serat sutra. Serisin inilah yang berfungsi sebagai
perekat, sehingga serat-serat sutra bisa menempel satu sama lain.
Kokon direbus dalam larutan air sabun. Sabun yang digunakan adalah sabun
batangan. Satu sabun batangan dilarutkan dalam 6 liter air, kemudian
dipanaskan. Setelah mendidih, kokon baru dimasukkan dan direbus kurang
lebih selama 1 jam. Setelah itu, kokon diangkat, ditiriskan, dan dicuci
dengan air. Pada saat dicuci, serat kokon ditarik-tarik sehingga
membentuk gumpalan seperti kapas atau bulu domba. Gumpalan serat sutra
ini kemudian dijemur hingga kering. Gumpalan serat sutra yang telah
kering siap dipintal menjadi benang.
Pemintalan serat sutra emas Cricula dilakukan dengan menyejajarkan
serat-serat sutra menjadi satu ukuran tertentu kemudian dipilin agar
serat-seratnya tidak terlepas. Cara demikian dilakukan karena serat
sutra emas Cricula tersusun dari serat-serat pendek.
Pemintalan serat sutra emas menjadi benang dikerjakan dengan menggunakan
alat pemintal yang disebut jantra. Pada alat ini dipasang sebuah dinamo
yang memutar streng, sehingga sumbu pemintal ikut berputar. Ujung serat
dari gumpalan serat sutra emas dipilin dan diikat pada alat pintal.
Kemudian, tangan kiri menarik perlahan-lahan pilinan tersebut menjauhi
alat pemintal untuk mendapatkan ukuran benang yang dikehendaki. Dengan
menarik serat-serat tersebut, akan didapatkan satu untaian pilinan
benang yang bersambungan menjadi gulungan benang yang panjang. Inilah
benang pintal sutra emas yang tersusun dari serat-serat sutra emas yang
pendek. Dalam proses pemintalan tersebut, 6 kg kokon sutra emas bisa
menghasilkan 1 kg benang. Nilai ekonomi benang sutera emas sangat tinggi dan banyak dibutuhkan di Jepang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar